Kutatap gedung di depanku mencoba menghela nafas beberapa kali sebelum meyakinkanku untuk masuk. Di dalam gedung tinggal tersisa beberapa orang saja.
Entah itu keluarga, tamu, atau bahkan pegwai di resepsi pernikahan. Pengantin pun sudah tidak menempati tempat duduknya. Apakah aku pulang saja?.
Seolah mendengar jawabanku, tanganku di tarik seseorang. Seseorang itu adalah Irfan, seorang pengantin pria atau bisa di bilang dia adalah sahabatku.
Dia menarikku kesebuah ruangan kosong.
"Kenapa tidak datang?" tanya Irfan dengan tajam
"Bukankah sekarang aku datang"
"Jangan mengelak Ama aku tau dirimu"
"Aku takut kau mengacaukan pernikahanmu sendiri dan melibatkanku" ucapku dengan nada sedikit bercanda
"Aku tidak gila untuk mengacaukan pernikahanku sendiri"
"Aku sangat mengenalmu, so kenapa kau tak menyukai pernikahanmu?"
"Kami menikah karena di jodohkan"
Aku hanya mengangguk-nggaguk kepala.
"Ada apa?" Tanya Irfan seolah membaca isi kepalaku
"Bukankah itu hal yang bagus, pilihan orang tua tak pernah salah. Sekarang jalani dan belajar untuk memberikan hatimu untuk istrimu"
''Aku... aku..."
Aku merentakan tanganku dan memeluk Irfan dengan lembut dan kencang. Rasanya pelukan ini tak mau kulepaskan. Ingan sekali aku berteriak 'jangan tinggalkan aku'.
Tiba-tiba Irfan membalas pelukanku dengan sama kencangnya.
Entah untuk berapa lama kami berpelukan hingga aku memtuskan melepaskan pelukan itu sebelum air mataku menetes.
"Baiklah aku akan keluar untuk memberikan selamat kepada istrimu. Kau bisa menenangkan dirimu disini sementara waktu" ucapku berjalan pergi mencari mempelai wanita
#
"Hei kau pasti Rena, selamat yah atas pernikahan mu" ucapku setelah menemukan keberadaan mempelai wanita
"Eum apakah kita bisa bicara berdua?" Ucap Rena
"Yah tentu"
Kami berpindah tempat ke tempat yang menjauh dari orang-orang.
"Aku melihat kau berpelukan dengan mas Irfan"
"Ya tuhan kau pasti salah sangka, kenalkan aku Ama sahabat suamimu"
"Aku berpikir pelukan itu bukan seperti pelukan seorang sahabat. Tapi seperti seorang pelukan sepesang kekasih."
"Ah kau mengetahuinya. Apakah aku terlalu terlihat menyukainya?"
"Ya"
"Maaf jika itu menyakitmu"
"Tidak itu bukan masalah, kami menikah bukan karena saling cinta"
"Hei dengar tuhan dan negara ini sudah mencatat kalian adalah sepasang suami istri sekarang. Walaupun bukan menikah karena cinta, kau berhak cemburu kau adalah istrinya"
"Tapi..." Ucap Rena ragu
"Mungkin aku menyukainya tapi kau adalah istrinya. Soal cinta kau hanya perlu membiasakannya. Irfan adalah pria yang baik. Aku yakin irfan akan mudah mencintaimu."
"Terimakasih telah datang kepernikahan kami, pasti sangat menyakitkan?"
"Memang menyakitkan tapi aku harus melihat bahwa istri Irfan adalah perempuan yang tepat sepertimu. Sekarang saatnya aku berkeliling mencoba segala makanan di pernikahanmu. Berbahagialah Rena kau adalah ratu hari ini."
Tapi langkah kakiku malah berjalan keluar gedung dan berjalan ke arah parkiran yang sepi. Air mataku tak terbendung. Sakit sekali.
Hingga sebuah suara yang ada di belakang ku. "Menangislah Ama"
Kucoba menahan air mataku dan berbalik. Disana ada Rizky temanku dan tentunya teman Irfa juga. Rizky langsung memelukku dan tumpah sudah aku di dalam pelukkannya.
"Jangan menangis kau juga pasti akan bahagia" ucap Rizky sambil mengelus kepalaku
"Apakah aku tak bisa bersamanya Ky? apakah aku harus mengalami perasaan yang sesakit ini"
#
Sudah hampir 5 tahun berlalu. Persahabatan aku dan Irfan harus berakhir tempat setelah 3 bulan pernikahannya.
Karenaselama menikah Irfan selalu menghampiriku bahkan ketika hari libur. Aku memang senang akan kehadiran Irfan, Tapi hal itu merasa semakin salah ketika Irfan sudah menikah.
Tidak seharusnya Irfan menghabiskan waktu liburnya dengan datang ke rumahku. Dia bukanlah seorang pria yang lajang lagi.
Flashback
"Lebih baik kau tidak usah menjadi sahabatku lagi, Kau harus mengerti posisimu. Kau ini memiliki istri. Seharusnya kau mencoba mengenal istrimu dengan baik"
"Aku tidak mau."
"Jangan bersikap seperti anak kecil. Pergilah kau hanya pria pengecut"
"Apa kau bilang? pengecut"
"Ya kau pria pengecut. Rena adalah istrimu Irfan"
"Aku tidak mencintanya"
"Karena apa? Rena cantik aku yakin dia juga baik. Jadi alasan apa kau tidak menyukainya?"
"Karena aku menyukaimu"
"Salah ini benar-benar salah. Keluar dari rumahku. Keluar!"
Flashback End
Semenjak itu Irfan selalu datang kerumahku tapi tak pernah aku mempersilakannya masuk. Cukup biarkan aku yang hancur bukan pernikahan Irfan.
Tapi seolah Tuhan tau keinginanku, aku bertemu seseorang yang mencintaiku dan sekarang aku tengah mengandung dari hasil pernikahanku.
Aku memang menggudang Irfan dan Rena ke pernikahanku tapi mereka tidak datang. Aku berharap pernikahan Irfan berjalan dengan lancar seperti pernikahanku saat ini.
...THE END...