Apakah kau pernah melihat seorang laki-laki menangis?. Bukan seorang anak laki-laki tapi lebih ke pria yang sudah matang menangis?.
Aku pernah melihat itu. Dari beberapa cerita pria tak akan pernah menangis walaupun sesedih apapun. Pria akan lebih memilih terdiam dari pada menangis.
Aku mengenal pria itu, pria yang sangat priang, pria yang berkarisma dan punya segudang banyak lelucon. Ia sering bercerita akan kesedihannya padaku tapi ia tidak pernah menangis. Ia hanya menunjukan mata yang sedikit sayu dan memerah tanpa keluarnya air mata.
Aku sudah bilang sesedih apapun dia tak pernah menangis. Tapi hari itu berbeda, aku melihatnya pada titik terapuh miliknya. Ia tidak langsung meneteskan air mata.
Pertama yang kulihat ia sedikit gelisah. Ia terus terdiam bahkan satu kata pun tak keluar pada mulutnya. Saat suasana tengah benar-benar sepi ia menyetuh tangan perempuan yang ia cintai dengan sangat lembut, erat dan terlihat ia tidak ingin melepaskan gengaman itu.
Kepala pria itu menunduk dan tubuhnya sangat bergetar, pria itu menangis benar-benar menangis sambil mencium tangan yang berada dalam gengamannya.
Aku tersentak kaget melihatnya menangis, aku merasakan kegelisahan. Aku merasa tidak ingin melihat pemandangan ini.
Aku tidak cemburu, sungguh aku hanya merasa tidak ingin pria itu menangis. Aku bahkan tak bisa menyentuhnya dan merangkulnya saat ia menangis. Ingin rasanya berteriak bahwa aku baik-baik saja.
Yah pria itu tengah mengegam tanganku. Pria yang kucintai tengah menangis disebelahku tubuhku yang terbujur kaku setelah melahirkan.
Aku telah menjadi ibu setelah pernikahan yang menurutku sudah cukup lama. Tapi tubuhku terlalu lemah saat mengeluarkan buah cinta kami. Dan entah mengapa aku merasa jiwa ku keluar dari tubuhku dan sekarang aku bisa melihat segalanya tanpa bisa menyentuh.
Aku ingin kembali pada tubuhku. Aku tidak ingin melihat priaku menangis. Dia bukan priaku yang kuat yang sering kulihat. Aku ingin kembali pada tubuhku. Pemandangan itu sangat menyakitkan untukku.
Dan entah bagaimana aku bisa kembali pada tubuhku. Aku pun membuka mata dengan perlahan. Priaku masih mengengam tanganku bahkan sedikit sakit.
Aku memanggilnya dan tampak ia sangat terkejut buru-buru ia mencoba menekan tanda merah yang berada di samping kasur.
"Kenapa menangis?" tanyaku sedikut pelan
"Tidak! Aku hanya terlalu mengantuk untuk menunggu mu higga kelaur air mata"
Aku tidak peduli ia menyembunyikan akan air mata itu. Tapi aku sangat yakin aku tidak ingin melihatnya menangis dengan begitu dalam.
Dia adalah pria satu-satunya yang tidak ingin melihatnya menangis. Cukup sekali aku membuatnya jatuh pada titik terapuhnya.
Untuk priaku hari ini yang telah menjadi ayah akan anakku, aku akan mengatakan aku sangat mencintaimu.