Mata ini tak bisa teralihkan dia kambali datang di hadapanku. Wajah yang tidak berubah dan senyuman bagai bunga yang mekar terlihat di wajahnya itu.
Berjuta rasa gelisah langsung tersirat di otakku tanpa bisa melepaskan arah pandangku padanya. Secara paksa aku mencoba memutar balikan tubuhku.
"Tia!"
Seketika sebuah suara setelah aku berhasil membalikan badanku. Entah kenapa aku malah melangkahkan kaki ku secepat mungkin bahkan terasa seperti berlari.
Tapi pelarianku terhenti saat sebuah tangan berhasil mencengkalku.
"Kenapa lari?""Eumm ak...aku baru inget ada yang harus aku kerjakan lagi"
"Benarkah?"
"Yah"
"Baiklah, aku akan menemanimu ke ruanganmu sekalain aku mengenal gedung ini" ucapnya dengan senyuman.
Kami berjalan diam menuju lift. Tak ada obrolah dari mulut kami.
Apakah perasaanku saja jika dari tadi ia hanya memperhatikanku.
Hingga pintu lift terbuka dan kami pun memasuki lift.
Entah dilantai keberapa aku sudah menahan nafasku. Itu semua dikarenakan seseorang yang ada di belakangku.
Tubuhku meresakan bahwa ia tepat berada di belakangku.
"Kau wangi melon" ucapnya
Hal itu meyakinkanku bahwa jarak dia denganku mungkin tinggal beberapa centi.
"Apakah rasanya sama dengan wanginya. Bolehkah aku mencobanya?"