Mungkin ini semua bermula saat sore itu. Ketika aku memutuskan menggunakan sepedah untuk membeli sesuatu yang memang jaraknya cukup jauh dari rumah. Dirumah ada 2 sepedah hitam dan putih, yang memang jarang di pakai setelah ayah mengalami kecelakaan, yaitu jatuh dari sepedah.
Aku memutuskan mengambil sepedah yang berwarna putih. Kulihat ban sepedah itu sangat kempes. Sedangkan sepedah yang berwarna hitam ban-nya tidak kempes. Tapi aku tetap memutuskan mengambil sepedah yang berwarna putih.
Karena kupikir jika aku memilih sepedah yang berwarna hitam, maka sepedah yang berwarna putih akan tetap kempes selamanya. Jadi sekalian keluar sekalian memompa sepedah putih itu.
Kuambil beberapa lembar tisu dan mengusapkan ke bagian sepedah yang berdebu. Karena sudah lama di simpan di gudang jadi sedikit terlihat kotor, apalagi warnanya putih.
Setelah merasa cukup bersih kubawa sepedahku ke teras rumah. Dan mengecek barang yang harus kupakai. Mulai dari uang, jaket, masker, dan katung belanja kain.
Setelah semuanya beres aku mulai menaiki sepedah dan mengayuh keluar kompleks perumahan ku.
___
Kubuka mata ini rasanya berat sekali. Ku kerjampakn mata ini mencoba mengingat keadaan sekelilingku.
Bodohnya diriku tentu saja ini ada di kamar. Rasanya mimpi yang tadi terasa nyata bagiku, bagaimana aku membawa sepedah keluar rumah.
Aku mulai bangun dari tidurku dan berjalan keluar kamar. Kulihat kaka ku sedang berada diruang tamu duduk sambil memainkan handphone kesayanganya.
"Kak, ayah udah pulang?" TanyakuKakak ku hanya diam sambil terus memainkan handphonenya. Dia memang menyebalakan jika sudah memainkan handphonen-nya.
Kulangkahkan kaki ku ke kamar ayah. Yup, ayah sudah pulang. Sekarang ia tengah tidur dengan kaos oblong dan celana pendeknya, khasnya ayah. Ibu juga sedang menonton chanel kesayanganya.
"Bu, ayah udah makan? Kok langsung tidur? Biasanya juga mandi dulu" tanyaku pada ibu yang tetap fokus pada tv.Aku pun berniat menggoyangkan ibu agar mendengarku. Tetapi saat aku menyentuhnya satu hal yang membuatku terpaku adalah.... A-k... Aku... aku tak bisa menyentuh ibuku.
Aku mulai meraba ayahku. Semua terasa seperti angin saja. Hingga jeritan kakakku yang membuka pintu kamar ayah, membuat semua terpaku padanya.
"Mah... Mah... Mah... Dede kecelakaan dijalan besar sekarang lagi di rumah sakit" ucap kakak ku dengan histeris dan panik.
Ku lihat semua orang di rumah tengah bersiap-siap kerumah sakit. Didalam mobil ibu terus menangis dalam doannya. Kakak ku mencoba menenangkan ibu. Dan ayah, aku tau ia panik tapi ia mencoba fokus mengendarai mobil.
Setelah sampai mereka berlari menuju ruang rawatku. Kulihat diriku terbaring dengan berbagai alat. Ibu langsung berteriak memeluk ayah.
"Anak kita yah, anak kita... Ya tuhan anak kita yah" jerit ibu yang terus memeluk ayah.Sedangkan kakaku terus menatap diriku dari luar ruangan. Aku tau walapun dia kakak yang menyebalkan dia menyembunyikan air matanya di hadapan ayah dan ibu. Dengan menatapa ke jendela kamar rawatku kakak terus menangis tanpa suara.
Bagaimana aku kembali ke tubuhku. Itulah yang perlu aku pikirkan sekerang.
Hingga seseorang yang kukenal menghampiri kami. Itu adalah tetangga ku, namanya bu Mita.
"Ibu sudah sampai, maaf tadi saya ketoilet sebentar" ucapnya
"Iya bu tidak apa-apa, bagaimana bisa bu anak saya seperti ini? Bagaimana kejadiannya?" Tanya ibuku menahan tangisnya.