Happy Reading ❤️
Revan pasrah. Pasrah bukan berarti ia menyerah begitu saja. Tidak. Dia masih menunggu Zahra membuka hati lagi. Sampai kapanpun Revan akan menunggu. Revan akan berhenti mengejar Zahra saat mantan istrinya itu menjalin hubungan dengan pria lain.
Apa Revan akan seikhlas itu? Mungkin saja. Kebahagiaan Zahra adalah kebahagiaannya juga. Revan sudah tidak mau memaksakan kehendak lagi. Dia akan berusaha bersabar.
Saat ini ia sedang makan siang di salah satu restoran di Jakarta Pusat. Revan memang sengaja makan agak jauh dari tempat tinggalnya agar Amel tidak dapat mengganggunya lagi. Kalau di restoran miliknya, sudah pasti Amel dapat menemukannya.
"Hai," sapa seorang wanita dengan memakai baju formal. Seperti orang kantoran.
Revan hanya tersenyum dan mengangguk. Wanita itu duduk di bangku sebelah Revan tanpa seizin Revan. Lancang sekali!
"Maaf, Mbak. Masih ada meja yang kosong," tegur Revan. Dia tidak nyaman jika ada orang lain di dekatnya.
"Saya maunya di sini. Lagipula, kamu sendirian, kan?" Wanita itu tetap kekeuh tidak ingin pindah.
Revan merotasi matanya. Ia mengabaikan wanita itu dan lanjut makan. Sesekali mengirimkan pesan pada Zahra.
"Aku Karina. Kalau kamu?" Wanita itu memperkenalkan diri.
"Revan," jawab Revan singkat.
Karina mendengus sebal. Tapi, dia merasa tertantang. Sikap dingin dan cueknya Revan membuat Karina semakin ingin memilikinya. Amel saja belum selesai, tambah lagi si Karina. Memang jalan Revan untuk mendapatkan Zahra semakin sulit.
"Udah nikah?" tanya Karina lagi.
"Udah punya anak," jawab Revan datar.
Revan merasa jengah. Ia bangkit dari kursi. Makanannya belum habis, tapi dia tidak merasa nyaman karena ada Karina.
"Lho, mau ke mana?" tanya Karina seraya menahan pergelangan tangan Revan.
Revan menepis tangan Karina kasar. "Jemput anak," ketus Revan.
"Udah punya anak? Tapi, gak ada cincin di jarinya. Apa dia duda, ya? Wah, semakin tertantang, nih. Dia lebih ganteng juga daripada si Dion," gumam Karina dengan menatap punggung Revan penuh arti.
***
Zahra ambil cuti selama seminggu. Kasian Meira sampai sakit, katanya kangen sama dia. Revan juga sampai menginap di rumah Zahra. Takut terjadi apa-apa sama Meira.Saat Zahra hendak mengambil air minum di kulkas, ia melihat Revan tertidur di sofa. Zahra balik lagi ke kamar. Ternyata, dia ambil selimut. Zahra menatap wajah Revan lama. Tidak ada yang berubah.
Zahra hendak melangkah ke dapur lagi, tapi ditahan oleh Revan.
"Makasih selimutnya," ucap Revan sembari tersenyum tipis.
Zahra hanya tersenyum. "Mas," panggil Zahra.
"Ada apa?" tanya Revan sembari beranjak dan menuntun Zahra agar duduk di sebelahnya.
"Kamu bener. Meira butuh kita. Dia masih kecil, dia gak tau apa-apa, tapi dia jadi korban keegoisan aku," ucap Zahra.
"Aku mau, Mas," lanjut Zahra yang membuat Revan bingung.
"Mau apa?"
"Tawaran dua minggu yang lalu masih berlaku, kan?" tanya Zahra sebelum beranjak pergi ke dapur.
Tawaran dua minggu yang lalu? Revan mencoba mengingatnya. Maklum, dia rada pikun sekarang. Lalu, Revan teringat sesuatu. Ya, dua minggu yang lalu. Saat Revan memaksa dan mengancam Zahra.
Tawaran itu dijawab 'iya' oleh Zahra? Revan langsung bergegas menghampiri Zahra. Apa dia tidak salah dengar? Zahra menerima tawaran itu?
"Zahra," panggil Revan, Zahra hanya tersenyum.
Senyuman Zahra membuat hati Revan berdesir. Jantungnya berdegub kencang. Rasanya sama seperti bertemu Zahra untuk pertama kalinya.
Ia jatuh cinta kedua kalinya?
****
Jangan lupa vote and comment!
KAMU SEDANG MEMBACA
EX HUSBAND (END)
Документальная прозаPernikahan yang sudah dibina selama hampir sepuluh tahun itu kandas karena hadirnya orang ketiga. Zahra tidak pernah menyangka bahwa pelakor yang merusak rumah tangganya itu adalah sahabatnya sendiri. Revan merasa sangat menyesal dan merasa kehilan...