EXTRA CHAPTER

55.9K 1.7K 91
                                        

"Ama! Mau cuu! Mau cuu, Amaa!" teriak seorang bayi yang baru saja merayakan ulang tahun untuk pertama kalinya itu.

Yang dipanggil 'Ama' oleh bayi tersebut tampak kerepotan. Bagaimana tidak, dia sedang membantu bibi membereskan rumah yang berantakan karena habis mengadakan acara ulang tahun anak keduanya itu, tapi si bayi malah rewel.

Wanita itu mengambil apa yang ditunjuk oleh anaknya. Cup cake dengan toping menggugah selera itu sudah berada di tangan si bayi. Lalu, dilahapnya sedikit demi sedikit, hingga membuat kedua pipi gembul bayi itu terkena crimnya.

"Kakak, tolong bersihin pipi adek! Mama lagi sibuk!" teriaknya.

"Papa aja, Ma!" jawab gadis itu yang tidak mau lepas dari ponselnya.

"Papa juga sibuk!"

Gadis itu berdecak kesal. Ia membanting ponselnya pelan, kemudian beranjak dari sofa menghampiri adiknya yang pipinya sudah belepotan dengan crim cake. Gadis itu mengambil beberapa tissue basah, lalu membersihkan pipi adiknya.

"Makanya, Dek, kalau makan itu jangan rakus!" omelnya.

Tentu saja adiknya hanya diam, dia tidak peduli dengan omelan kakaknya dan terus melanjutkan menjilati cup cake kesukaannya. Gadis itu tepuk jidat melihat adiknya kembali belepotan.

Gambaran keluarga bahagia. Dua tahun yang lalu, seorang wanita dan pria yang sudah sama-sama memutuskan untuk memulai kehidupannya masing-masing tersebut memilih bersama kembali karena permintaan sang papa. Permintaan terakhir sebelum beliau menghembuskan nafas terakhirnya.

Maura Arivva Putri Danias---buah hati Zahra dan Revan. Maura hadir, menambah kebahagiaan di keluarga kecil Revan. Revan sangat bersyukur, Zahra bisa ia miliki kembali. Meskipun, awal pernikahan mereka, Zahra bersikap acuh padanya.

Tak mudah meyakinkan Zahra. Trauma wanita itu membuatnya selalu berpikir negatif terhadap Revan. Sungguh, meskipun pernikahan mereka berawal dari permintaan Pak Fadli, tapi tidak ada keterpaksaan dari keduanya. Pernikahan itu didasari oleh rasa cinta.

"Sayang, Maura ke mana?" tanya Revan dengan penampilan acak-acakan.

"Sama Meira," jawabnya.

"Gak ada, tuh. Meira di sofa sendirian," balas Revan.

Zahra menghentikan aktivitasnya. Dia menoleh ke arah putri pertamanya itu. Benar. Meira hanya seorang diri. Lalu, ia melihat sekeliling rumah. Nihil.

"Waduh, Mas! Maura gak bisa ditinggal sendiri. Cepet cari, Mas!" teriak Zahra heboh.

"Meira, Nak! Adiknya ke mana? Tadi Mama nyuruh bersihin pipi Adek, kan?"

"Iya. Abis itu aku tinggal. Kan, tadi aku udah bilang. Mana aku tau dia ke mana," jawab gadis itu.

Orang-orang sibuk mencari keberadaan bayi lincah itu. Sedangkan di sisi lain, yang dicari malah asik makan kue ulang tahunnya di bawah meja. Dengan tawa riang gembira, Maura meremas-remas sisa kue tersebut hingga membuatnya hancur.

Raut wajahnya berubah cemberut ketika dia merasakan sesuatu. Bibirnya manyun-manyun.

"HUWAA! AMA! AMAA!" tangisnya begitu kencang.

"MAMA! PAPA! ADEK DI SINI!"

***
Ketika semua orang sudah terlelap dan masuk ke dalam mimpinya masing-masing, namun tidak dengan sepasang suami-istri tersebut. Tidak ada kegiatan apapun, mereka hanya berdiam diri dengan pikiran masing-masing.

Revan menoleh ke samping kanan, melihat istrinya yang sedang melamun. Tangannya terulur untuk mengusap rambut istrinya. Zahra tersadar dari lamunannya, ia tersenyum tipis ke arah suaminya.

"Aku bingung, kenapa Allah memisahkan kita kalau pada akhirnya kita akan kembali bersama?" tanya Zahra.

"Gak tau. Yang aku tau, aku bahagia. Sangat bahagia. Kamu memberikan aku Meira dan Maura, kedua putri yang cantik dan manis. Makasih, Zahra. Aku bersumpah, gak ada keterpaksaan saat aku menyetujui permintaan Papa," balas Revan.

Jika Allah sudah berkehendak, maka terjadilah. Sekuat apapun Zahra membentengi dirinya dari Revan, kalau ternyata mereka masih berjodoh, pada akhirnya dia akan kalah dengan kehendak Allah.

Penghianatan, kesedihan, luka, air mata, kehilangan, semua sudah terbayar dengan kebahagiaan. Menutup masa lalu rapat-rapat dan terus menatap masa depan. Karena pada dasarnya, masa depan lah yang menentukan, bukan masa lalu.

"Maura jangan sampai tau masa lalu kita, Mas. Kita harus memberikan kehidupan baru untuk anak-anak," ucap wanita itu.

Revan hanya mengangguk. Membawa istrinya ke dalam dekapan.

Kini Zahra, Revan, dan kedua anaknya sudah berbahagia. Kehidupan rumit yang mereka jalani sudah berakhir. Benar-benar berakhir.

***
Mau sequel?
Tapi, gak bisa dalam waktu dekat ini.
Mungkin, beberapa bulan lagi.
Semoga, kalian gak lupa.

EX HUSBAND (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang