25. Satu Tahun Kemudian

15.3K 917 45
                                    

               Happy Reading ❤️

Satu tahun kemudian ....

Kemarin Zahra wisuda. Lulus dengan IPK tertinggi. Sangat membanggakan. Namun sayang, sang papah tidak bisa hadir menemani dirinya karena Pak Fadli sedang bertugas.

Zahra akan kembali ke Indonesia. Ia memutuskan akan fokus pada profesinya sebagai dokter dan menyerahkan butik-nya pada Ansel.

Besok Zahra akan meninggalkan semuanya. Paman, bibi, Ansel, butik, rumah, dan ... Joffy. Pria itu sebenarnya meminta Zahra agar berkarir di Jerman saja. Tentu saja Zahra menolak. Ia ke Jerman hanya untuk melanjutkan pendidikannya. Tak pernah terpikirkan olehnya untuk berkarir di Jerman.

Ucapan Zahra dulu itu yang ingin membuka hati untuk Joffy, ternyata hanya sebatas ucapan saja. Nyatanya, wanita itu sampai sekarang masih belum bisa berhenti mencintai mantan suaminya.

"Maaf, kalau aku bikin kamu berharap sama kedekatan kita. Awalnya, aku emang ada niat untuk membuka hati buat kamu. Tapi, seiring berjalannya waktu, rasa cinta aku ke Revan malah semakin bertambah. Aku gak bisa, Joffy," ujar Zahra seraya menunduk. Ia sungguh merasa bersalah karena tak bisa membalas perasaan Joffy.

"Lalu, apa kamu mau kembali sama Revan, Ra?" tanya Joffy dengan tatapan sendu.

Zahra menggeleng. "Aku gak tau. Aku pasrah aja, siapa nanti yang akan menjadi jodohku. Karena sekarang yang penting adalah Meira dan karirku," jawab Zahra.

"Saat ini pasangan bukan hal penting buat aku. Prioritas pertamaku sekarang adalah kebahagiaan Meira. Satu terakhir belakangan ini, waktuku dengan Meira banyak tersita karena kesibukanku," imbuh Zahra.

"Aku ngerti. Semoga bahagia, Zahra. Semoga kita dapat bertemu kembali," ucap Joffy sembari tersenyum.

Hal yang paling sulit dalam mencintai itu adalah merelakan. Sadar bahwasanya cinta tak harus memiliki. Yang terpenting, orang yang kita cintai itu bahagia dengan pilihannya. Karena memang cinta tidak bisa dipaksakan.

***
Kehidupan Revan saat ini semakin membaik. Ia sudah punya lima cabang restoran. Revan masih sama seperti dulu, masih menunggu Zahra yang entah kapan akan menerimanya kembali. Katanya, laki-laki yang sedang sukses-suksesnya itu pasti banyak godaannya.

Revan mengalami itu. Banyak sekali, termasuk Amel yang semakin gencar mendekatinya. Namun, hati Revan sudah terkunci rapat, hanya ada nama Zahra dan selamanya takkan tergantikan.

Beberapa kali ditolak Revan, tak membuat tekad Amel untuk mendekati Revan tak pernah surut. Amel yakin, lama-lama Revan juga akan luluh. Mengingat dulu pernah bisa meluluhkan hati Revan.

"Mas Revan, ini aku bawain makan siang. Mas Revan pasti belum makan siang, kan?" ucap Amel girang.

Hampir setiap hari, wanita itu selalu mengganggu hari-hari Revan. Jengah, sih. Tapi, Amel itu ngeyel. Bahkan, Revan pernah sekali bersikap kasar, tapi tetap saja wanita itu tak berhenti mendekatinya.

"Gue udah makan,"  jawab Revan datar.

"Masa? Aku tau, Mas Revan belum makan. Jangan bohong!" cerocos Amel.

"Urusannya sama lo apa? Makan atau enggak itu urusan gue. Lo bukan siapa-siapa gue, jadi stop care sama gue!" tegas Revan telak.

"Kenapa, sih, Mas? Padahal, aku udah berusaha selama satu tahun. Kenapa kamu tetep nunggu Zahra yang jelas-jelas gak mau kembali sama kamu?" Revan terkekeh mendengarnya.

"Siapa bilang gak mau? Dia cuma perlu waktu. Gue cuma cinta sama dia, apapun akan gue lakukan buat dapetin dia lagi! Stop ganggu gue!" balas Revan dengan rahang mengeras.

Revan beranjak pergi. Mengabaikan Amel dan makanan yang dibawa oleh wanita itu. Perlakuan itu memang keterlaluan, tapi Revan tidak punya cara lain.

"Penolakan kamu gak akan buat aku mundur, Mas. Karena Zahra sendiri yang udah nyerahin kamu ke aku, jadi aku gak akan ngelepasin kamu," gumam Amel dengan menatap punggung Revan yang mulai menjauh dengan tatapan nanar.


                              ***
Jangan lupa vote and comment!
Sengaja dipercepat.
Maaf, pendek.

EX HUSBAND (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang