8.2 In that Party

481 52 3
                                    

"Kenapa pemberitahuannya dadakan seperti itu?" Mina mengernyit saat mereka melesat kembali menuju Seoul keesokan harinya. Semalam, chaeyoung mendapat telepon dari jeongyeon  kalau nanti malam mereka harus menghadiri sebuah pesta ulang tahun kepala Department IT yang diadakan di aula utama Blue House.

"Kejadian di Jeju menyita banyak perhatian sehingga jadwal ini sangat terlupakan. Aku minta maaf." Chaeyoung tersenyum dan mengelus pipi Mina. Semalam, setelah kejadian makan malam itu, Mina semakin diam dan jarang berbicara, chaeyoung mencoba berbicara dengan ayah mina, tetapi pria tua itu hanya menyuruhnya untuk beristirahat dan berkata kalau waktu akan menjawab semuanya.

"Tidak apa-apa. Aku hanya... uhmmm... gugup. Maksudku, disana banyak orang penting dan aku belum pernah datang ke acara seperti itu."Mina menggigit bibirnya dan menatap keluar jendela dengan khawatir.

"Kau sering menghadiri acara seperti itu, hanya saja kau lupa. Jangan khawatir, aku akan selalu ada disisimu." Chaeyoung berkata lembut dan melihat seulas senyum tergambar diwajah mina. Senyum pertamanya semenjak dia tampak frustasi semalam. "Kau baik-baik saja?"

"Hum!" Mina mengangguk "Aku akan melupakan kata-kata menyebalkan ayahku!" Mina mengangguk, meyakinkan dirinya sendiri kalau dia baik-baik saja. Dia kemudian melirik kearah kue beras dengan harum madu didalam kotak. "Aku mau mampir ke butik dan memilih gaun untuk nanti malam, kau bisa meninggalkanku dan mengurus pekerjaanmu, tadi jeongyeon menelponmu kan?"

"Yeah, dia memintaku memeriksa beberapa dokumen terkait daftar prajurit Korea Utara yang gugur di Jeju." Chaeyoung menghela napas berat dan menatap Mina. "Nanti malam akan kujemput dirumah, dan aku tidak suka melihatmu memakai gaun yang terlalu memperlihatkan kulitmu. Aku bisa meledak marah kalau kau memakai gaun berpotongan dada rendah dan menampilkan paha mulusmu pada orang banyak."

Mina mengerutkan kening menatap chaeyoung. Pria aneh, bukankah gaun seperti itu malah akan menarik perhatian banyak orang dan Mina akan mendapat banyak pujian dan chaeyoung seharusnya bangga. Tetapi dia malah tidak ingin mina mendapat perhatian dari orang banyak.

"Baiklah." Mina berkata letih, entah kenapa, saat potongan-potongan ingatan itu mulai masuk kedalam otaknya, Mina semakin sadar kalau dirinya yang dewasa mulai muncul kembali perlahan-lahan. Mina kembali melirik chaeyoung yang sedang sibuk menyetir. Aku berharap bisa menepati janjiku untuk tidak meninggalkanmu...

======

Satu hal yang tidak Mina mengerti adalah, kenapa ada jeon somi didalam kehidupannya? Dia merasa tidak memiliki salah apapun pada gadis itu, tetapi somi seperti punya dendam padanya. Saat Mina sampai di butik. Dia dikejutkan oleh nayeon yang berkata kalau gadis itu memintanya mendesign sebuah gaun untuk pesta nanti malam.

"I Don't give a damn, mo..." Mina menatap momo yang terlihat sangat marah saat memilih bahan yang akan dia gunakan untuk gaun itu. Gaun rancangan mina saat dia duduk di semester kedua dibangku kuliahnya, gaun pertama yang dia gunakan untuk berdansa dengan chaeyoung.

"Gaunnya sangat cantik. Aku tidak percaya bisa mendesain gaun secantik ini." Mina menatap sketsa di tangannya, kertas sketsa itu sudah kusut, tetapi goresan pensil yang ringan dan membentuk pola sebuah gaun terlihat begitu indah. Seolah sebuah gaun benar-benar bisa muncul hanya dengan melihat kertas itu. "Seperti ada sihir yang muncul dari goresan pensil ini."

"Aku kan sudah bilang kalau kau adalah designer utama disini dan seluruh pakaian disini kebanyakan rancangan mu Minari." Momo tersenyum dan membawa segulung kain sutera berwarna pastel. "Aku akan kebelakang untuk memberikan ini pada ryujin dan sakura." Momo berkata cepat dan melangkah ke belakang butik.

"Kau yakin tidak apa-apa memakai design itu?" Nayeon berkata dibalik punggungnya sambil menyodorkan satu cup Americano latte. Mina hanya tersenyum dan mengambil kopi dingin itu dari tangan nayeon.

My wife is seventeen years oldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang