7 . Hello! My Parents - 2

635 53 8
                                    

Seoul, Kantor penyidik Blue House

"Kau masih tidak ingin buka mulut?" Jeongyeon  duduk dihadapan Lee Joon dengan ekspresi dingin. Dia sangat lelah karena baru saja sampai di Seoul dan dia mendapat laporan kalau Korea Utara berencana untuk mengirimkan Batallion yang lain ke Seoul. Dalam waktu dekat, Presiden dengan Menteri pertahanan sipil akan melakukan pertemuan rahasia dengan Amerika Serikat untuk membahas tentang nuklir yang diam-diam dikembangkan oleh Korea Utara dan masalah peperangan Pakistan yang tidak kunjung berhenti. Dan, seluruh orang di Blue House tahu, kalau pengiriman Battalion yang lain ke Seoul adalah untuk mengacaukan pertemuan itu.

"Kami ingin menolongmu, Lee Joon-ssi." Jeongyeon memajukan wajahnya menatap Lee Joon yang seolah telah kehilangan nyawanya.

"Satu-satunya cara untuk menolongku adalah dengan membunuhku." Lee Joon menatap Jeongyeon. "Bunuh aku sekarang."

Keheningan melingkupi keduanya, Mata jeongyeon menatap tajam sinar mata Lee Joon. Orang Korea Utara selalu seperti ini. Mata mereka tidak memiliki kasih sayang dan mereka lebih memilih mati dari pada membocorkan informasi.

"Battalion70 akan menghancurkan kalian semua." Lee Joon menyeringai. "Dengan Kamerad dan prajurit yang lebih terlatih dan pasukan yang lebih banyak. Lebih baik, persiapkan diri kalian dengan sempurna, aku akan merasa kasihan pada kalian sekarang." Lee Joon mengakhiri perkataannya. "Tolong bunuh aku sekarang"

Jeongyeon mencatat kata-kata Lee Joon dengan seksama. Battalion70. Kamerad choi dan Lee Joon berasal dari Battalion75, Dan jeongyeon yakin kalau mereka masih memiliki hubungan kekeluargaan.

"Peperangan antara Korea Selatan dan Korea Utara memang tidak memiliki akhir." Jeongyeon mulai membereskan dokumen dihadapannya. "Tapi, kita adalah manusia, manusia yang memiliki perasaan. Aku membunuh untuk menyelamatkan hidupku, untuk bertahan hidup." Jeongyeon bangkit dan dua orang penjaga berpakaian hitam masuk kedalam. "Aku tidak bisa membunuh sesama manusia, apalagi, manusia itu tidak sedang mengancam nyawaku dan terlihat menyedihkan." Jeongyeon mulai berbalik dan berjalan meninggalkan ruangan. Saat dia ingin membuka pintu, suara ledakan pistol terdengar menggema di dinding yang bercat pastel.

Jeongyeon menoleh dan melihat pistol ditangan Lee Joon, menempel di keningnya sendiri. Pria itu terjatuh dengan senyum konyol dan mata terbuka lebar.

"Itu bukan jenis kematian yang ku inginkan."jeongyeon menghela napas dengan sedih dan kembali melanjutkan langkahnya.

======

"Aku ingin ke pasar ikan!!!" Mina terpekik senang saat melihat beberapa ahjumma menjajakan ikan disepanjang jalan menuju rumah orang tuanya.

"Jalanan licin, kau dirumah saja." Chaeyoung memperhatikan Mina yang menempelkan seluruh wajahnya pada kaca mobil. Dia terlihat seperti penguntit yang ingin mencuri ikan dalam baskom ahjumma-ahjumma itu.

Mobil berbelok di tikungan dan para penjual ikan menghilang dari pandangan Mina, Pemandangan yang selanjutnya Mina lihat adalah berpetak-petak kebun dan sawah yang tertutup salju tipis.

"Orang tuaku memilih tinggal ditempat ini?" Mina menoleh pada chaeyoung yang sedang memperhatikan setiap tikungan jalan. Orang tua Mina adalah orang yang tidak bisa diam dan selalu keluar mencari uang. Tetapi tempat ini terlihat seperti tempat pensiunan, apakah kedua orang tuanya setua itu?

"Ayah dan Ibumu membutuhkan udara segar dan mereka sangat suka berkebun, dan lagi, mereka sudah tidak perlu menjaga anak norak sepertimu, makanya mereka memutuskan pindah kesini." Chaeyoung berkata tenang dan melihat mata Mina  berbinar saat menatapnya.

"Ini adalah pertama kalinya ada orang yang sangat tahu tentang aku dan keluargaku. Kau bahkan tahu kebiasaan omma dan kesukaannya." Dara tersenyum senang pada chaeyoung.

My wife is seventeen years oldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang