12.2 my weakness

368 46 1
                                    


"Hmmmm...Hummpph... Hueeek"

Mina mengernyitkan kening menatap nayeon yang menutup mulutnya dengan sebelah tangan dan tangan lain yang memegangi sisi perutnya. Sambil sedikit memiringkan kepala, Mina menatap es krim rasa durian yang menumpuk di atas meja. Siang tadi, saat Mina melewati toko es krim, dia menyempatkan diri untuk membeli es krim durian kesukaan nayeon. Tetapi diluar dugaan, nayeon seperti orang yang hampir sekarat saat mencium aroma es krim itu.

"Nayeon, a, aku minta maaf... aku tidak tahu kalau seleramu pada es krim vanilla sudah berubah." Mina mengelus punggung nayeon dengan wajah sedih. lagi-lagi, dia melakukan kesalahan.

"T, tidak apa-apa mina... aku baik-baik saja. Hanya sedikit masuk angin." Nayeon meremas tangan Mina yang ada di pundaknya. Nayeon benar-benar merasa bersalah menyembunyikan semua ini dari sahabat yang sudah dianggapnya sebagai keluarga sendiri. Ini terlalu menyedihkan.

"Ryujin ah,,  bisa bantu aku menyingkirkan semua ini?" Mina berteriak pada ryujin yang sedang sibuk mengambil selfie, ryujin dengan sigap memasukan ponselnya ke saku dan berlari menghampiri Mina dan nayeon.

"Semua ini mau di buang?" Ryujin berkata penuh minat pada es krim yang terlihat sangat menyegarkan diatas meja.

"Tidak, kau bisa mengambilnya." Mina tersenyum pada ryujin.

"Asssaaa~ aku akan memberikannya pada sakura  dan hyunjin, mereka berdua sedang asik berpacaran di belakang!" Ryujin terpekik senang.

"Mereka berpacaran?" Nayeon dan Mina berteriak serentak.

"Yup! aku melihat mereka berciuman di depan butik tadi pagi." Ryujin mulai membereskan bungkusan di meja dan menunduk pada Mina dan nayeon. "Terimakasih banyak!" Ryujin mulai berlari meninggalkan mereka dan menghilang ke belakang butik.

"Aku tidak sabar melihat reaksi Momo ketika mengetahui hal ini" nayeon menggelengkan kepalanya sambil tersenyum geli. "Bayangkan, Adiknya sudah memiliki pacar dan dia hanya bisa berkeliaran dengan seorang pria tanpa hubungan apapun!"

"Dahyun sedang berusaha menjadi laki-laki yang pantas untuk Momo ." Mina  berkata pelan. "Dimana dia sekarang?"

"Momoring? dia sedang meeting dengan beberapa klien, kita butuh banyak investor untuk bisa masuk ke pasar internasional." Nayeon meneguk air hangatnya dan berusaha menekan rasa mual yang lagi-lagi menyerangnya.

"Aku minta maaf." Mina menundukan pandangannya dengan sedih. "Aku tidak bisa berbuat banyak."

"Tenanglah Mina, semuanya akan kembali normal. saat seluruh ingatanmu pulih." Nayeon menggenggam tangan Mina dengan erat. Mina mengangguk lemah. Seluruh orang menginginkan ingatannya kembali. kecuali dirinya sendiri. Tidak ada yang lebih Mina takuti dari pada ingatannya sendiri.

Mina mulai tenggelam dalam pikirannya saat sudut matanya menyadari sesuatu. Seorang anak perempuan manis berusia sekitar 7 tahun berdiri tepat di depan pintu masuk butik sambil membawa setangkai bunga mawar putih. Nayeon  mengikuti arah pandangan mina dan tersenyum pelan.

"Kejutan lain dari sang pangeran?" Nayeon berkata menggoda dan tertawa saat menangkap semburat merah muncul di pipi mina.

Mina bangkit dan mengacuhkan nayeon yang berteriak kesenangan. Sambil tersenyum lebar, Mina keluar dari butik dan berjongkok tepat di depan anak perempuan itu. anak kecil itu tertawa ringan dan menyodorkan bunga mawar putih pada Mina.

"Seorang Ajjushi menyuruhku memberikan ini pada unni." Anak kecil itu langsung berlari saat mina menerima bunga mawar ditangannya.

Mina menatap mawar putih bersih itu dan menyadari sesuatu. Matanya melebar ngeri saat menatap huruf-huruf yang tersusun rapih di setiap lipatan kelopak mawar. Sebuah pesan. Mina  bangkit dengan cepat dan menoleh ke kanan dan kiri, mencoba menemukan si pengirim bunga. Jantungnya berdetak semakin kencang saat menyadari kehadiran seseorang di seberang jalan. Orang itu memakai topi dan jaket jeans yang sudah lusuh. Mina kembali menunduk untuk membaca pesan pada bunga mawar putih di tangannya.

My wife is seventeen years oldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang