14.2 Stay with Me?

493 47 3
                                    


Sebentar lagi udah mau ending...
Yahhhh...

Oke happy reading
Let's enjoy..

____________________________________

"Eomma.. bolehkah aku berharap?"

"Jika kau berani berharap... Maka kau harus berani kecewa." Suara ibunya membuat hati mina yang dipenuhi ketakutan perlahan diselimuti kehangatan. "Mina-yah, aku tidak tahu apa yang terjadi sampai kau masuk Rumah Sakit, tapi kembalilah kedalam, berhenti membuat chaeyoungie khawatir. Dan lagi, suara anginnya begitu menakutkan, apa kau tidak kedinginan?"

"Eoh, aku baik-baik saja omma... Terimakasih banyak." Mina menghapus air matanya yang sudah membasahi separuh piyama Rumah Sakitnya, wajahnya terasa membeku. "Maaf membuat omma bangun pada jam seperti ini."

"Ya! Anak nakal! kenapa mengatakan hal aneh begitu? aku sangat senang mendengar suaramu. Sekarang lebih baik?"

"Uhmmm. Setidaknya, air mataku sudah kehabisan stok, dan ingusku meleleh kemana-mana."

"Gadis bodohku... Kau... Akan melewati ini... Percayalah pada hatimu, dan dengarkan orang-orang yang mencintaimu."

"Beristirahatlah Eomma."

"Ya, masuklah kedalam."

Mina memutuskan panggilannya, dengan tangan terkulai lemah, Mina menatap hamparan bintang di langit kelam. Dia pernah berpikir kalau Tuhan akan menuliskan akhir bahagia untuk kisah cintanya. Tetapi sepertinya itu adalah hal yang mustahil. Happy Ending seperti dalam Negeri dongeng tidak akan terjadi pada dirinya.

Mina mengangkat tangannya dan melihat darah beku dipergelangannya yg masih terasa linu. Kemudian merasakan sakit disekujur tubuhnya. Semua lebam dan goresan luka pada tubuhnya menandakan kalau kejadian di Namsan Tower bukanlah sebuah mimpi buruk. Perlahan Mina bangkit dan menyadari kalau dia tidak memakai sandal, kakinya yang telanjang begitu dingin dan tubuhnya rasanya seperti agar-agar.

Sambil terseok-seok, Mina berbalik. Dan dia merasakan jantungnya diremas, tenggorokannya kembali terbakar, dan matanya kembali tersengat air mata saat melihat Son chaeyoung tepat berdiri di depannya bagai patung. Menatapnya dengan pandangan yang sama saat Mina mengajukan surat cerai mereka.

Keduanya terdiam. Saling memandang dan tenggelam dalam perasaan masing-masing. Mina tahu, chaeyoung pasti sudah mengerti apa yang terjadi padanya, Apa yang sudah terjadi pada mereka. Mina mengalihkan pandangannya ke kakinya yang telanjang. Dia sudah tidak berani menatap mata cokelat itu lagi, sekarang, didepan chaeyoung yang tahu kalau dirinya tidak bisa memberikan anak, Mina merasa seperti seonggok sampah.

"Bagaimana keadaanmu.?"

Nada itu, Nada yang di pakai chaeyoung saat dirinya sedang sangat marah. Mina tetap menunduk seperti kelinci yang sedang meringkuk ketakutan.

"Aku baik-baik saja." Mina berbohong dan menyadari suaranya seperti tersangkut ditengggorokan.

"Ada yang sakit? Ada yang terluka?"

"Tidak, hanya sedikit memar. Sungguh. Aku tidak apa-apa, Tidak usah khawatir."

"Saat di jembatan, Kau melompat cukup keras."

"Y,Ya... T,tapi seseorang menghentikan jatuhku." Mina terus berbicara pada kakinya yang telanjang.

"Kau bisa saja mati."

"Tapi tidak, kan?"

"Tetapi kau bisa saja mati."

"Tapi kan tidak mati."

My wife is seventeen years oldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang