Bagaimana jadinya seorang pria dewasa dan seorang gadis polos menjadi pasangan yang baru menikah?
Semuanya berawal dari perjodohan konyol yang diajukan oleh sang kakek. Akankah pernikahan mereka tetap bertahan?
•
•
•
Dalam sebuah upacara suci yang membahagiakan. Akhirnya gadis itu sudah terikat dan dipersatukan dengan orang yang selama ini ia kagumi secara diam-diam.
"Silahkan bertukar cincin" ucap sang pendeta yang memimpin upacara pernikahan.
Lee Taeyong. Pria itu memasangkan cincin di jari manis milik gadis yang baru saja menjadi istri sahnya begitu pula dengan sebaliknya.
Semua orang yang ada disana bertepuk tangan sembari menangis bahagia terutama pihak keluarga.
Dan sekarang namanya bukanlah lagi Chou Tzuyu tapi menjadi Lee Tzuyu.
Bruk!
Tzuyu terbangun karena ia baru saja terjatuh dari atas tempat tidur. Ia mengucek kedua matanya lalu melihat ke arah jam yang terletak di atas nakas."Hah?! Sudah lewat jam 7!"
Dengan nyawa yang masih belum terkumpul sepenuhnya Tzuyu berlari ke dapur. Namun karena tidak memperhatikan langkahnya kakinya tidak sengaja tersandung tumpuan ujung pintu.
Ia pun terjatuh. Seorang pria yang sedang duduk santai menyantap sarapan nya pun hanya menatap gadis itu dengan datar.
"Aish... sakit sekali. Eh Selamat pagi Taeyong-ssi. Akan kubuatkan sarapan untuk mu" Tzuyu membungkuk kan tubuhnya lalu bersiap untuk memasak walau ia sendiri juga tidak yakin apakah bisa membuatkan sarapan untuk Taeyong.
"Aku sudah selesai" ujar Taeyong lalu beranjak dari duduknya.
"M-maaf, aku kesiangan. Lalu sarapan nya..." lirih Tzuyu diakhir kalimat. Ia merutuki kebodohannya sendiri, bagaimana bisa ia terlambat bangun padahal sudah tau kalau hari ini Taeyong akan berangkat lebih awal. Dan lagian juga ini adalah hari pertama mereka menjadi sepasang suami istri tapi sudah kacau hanya karena kesalahannya.
"Tidak perlu meminta maaf. Kata itu terdengar menyebalkan bagi ku" balas Taeyong dingin. Ia menghela nafas sejenak lalu menatap Tzuyu dengan tatapan tajam dan juga menusuk miliknya. "Kita masih pelajar. Hidup berdua seperti ini juga bukan kemauan ku dan juga mu. Tidak perlu memaksakan diri untuk mengimbangi ku"
Tzuyu terdiam mendengar ucapan Taeyong barusan. Rasanya seperti ia berada di kutub selatan, udara terasa sangat dingin sehingga dapat membekukan tubuh nya. Ucapannya itu barusan sangat menusuk. "A-ah... i-iya"
"Sudahlah. Aku pergi dulu ke kantor pemerintah untuk mengurus surat" ujar Taeyong, ia menyambar ranselnya yang terletak di atas meja.
Tzuyu mengerutkan kedua alisnya bingung, "surat?" tanya nya.
"Surat pernikahan" jawab Taeyong singkat.
"Oh... begitu ya, emm... Kalau begitu selamat jalan"
"Hm. Aku pergi dulu. Saat kau pergi nanti jangan lupa kunci pintu rumah" ujar Taeyong setelah itu ia beranjak pergi meninggalkan Tzuyu sendiri dengan pipi yang sudah memerah seperti tomat.