Perfect Wife

199 30 4
                                    


"But bear this in mind,
it was meant to be
And I’m joinin’ up the dots with the freckles on your cheeks
And it all makes sense to me
I know you’ve never loved the crinkles by your eyes when you smile
You’ve never loved your stomach or your thighs
The dimples in your back at the bottom of your spine
But I’ll love them endlessly

I won’t let these little things slip
Out of my mouth
But if I do, it’s you
Oh, it’s you they add up to
I’m in love with you
And all these little things"


***


"Good Morning, babe" bisik Taeyong dengan suara serak khas bangun tidur sambil menenggelamkan kepalanya di ceruk leher sang istri yang masih terlelap. Karena tak kunjung bangun, Taeyong menduselkan kepalanya di leher sang istri, sesekali mengecup pipinya.

Wanita itu melenguh beberapa saat kemudian mengerjakan matanya. Sebenarnya, ia masih merasa mengantuk. Jam masih menunjukkan pukul 6.30 pagi dan ini merupakan hari Sabtu. Namun, karena rambut Taeyong yang menggelitik lehernya dan juga kecupan-kecupan kecil dari pria itu, yang berusaha membangunkannya, membuat rasa kantuknya perlahan menghilang.

Ia menatap wajah lelaki yang membangunkannya itu, Taeyong tersenyum manis pada sang istri lalu memeluk erat pinggang ramping wanita itu. Chou Tzuyu namanya. Tzuyu merupakan seorang guru TK di salah satu sekolah taman kanak kanak di Seoul. Ia juga memilki kepribadian yang hangat oleh sebab itu banyak anak-anak muridnya yang sangat menyukai Tzuyu. Lelaki dihadapannya ini adalah Lee Taeyong, seorang ilmuwan muda. Dan usia pernikahan mereka masih terbilang muda yaitu 2 tahun.

Tzuyu ikut tersenyum. "Selamat pagi, yongie" ucapnya sambil mengusap rahang suaminya itu.

Taeyong menggembungkan pipinya. "Sayang, Morning kiss nya mana?"

Tzuyu terkekeh pelan lalu mengecup singkat bibir Taeyong.

"Aku ingin jalan-jalan ke taman. Aku bosan dirumah terus" celetuk Taeyong sembari memainkan helaian rambut Tzuyu.

"Tapi ini masih pagi sekali. Eem, kalau begitu kita sarapan dulu ya, setelah itu kita akan jalan jalan bersama" Tzuyu segera beranjak dari ranjang. Ia mengangkat tangan Taeyong dan meletakkannya di bahunya. Sekuat tenaga ia berusaha untuk menjadi tumpuan bagi Taeyong. Kemudian, Tzuyu membantu Taeyong untuk duduk di kursi rodanya.

Ya, Lee Taeyong yang merupakan suaminya adalah seorang lelaki yang mengalami kelumpuhan pada kakinya pasca kecelakaan fatal setahun yang lalu. Jika kebanyakan wanita akan meninggalkan pasangannya yang cacat, Tzuyu justru sebaliknya. Ia tidak melakukan hal tersebut dan tetap menerima Taeyong apa adanya. Awalnya Taeyong tidak bisa menerima nasibnya sebagai seorang yang cacat dan lumpuh. Bahkan ia pernah beberapa kali mencoba untuk bunuh diri, karena ia menganggap dirinya sudah tidak berguna lagi. Namun, Tzuyu berusaha untuk selalu berada di samping Taeyong. Ia ingin menjadi sumber kekuatan bagi Taeyong. Bagi Tzuyu, Lee Taeyong adalah seorang pria dan seorang suami yang sempurna.

Bersama Tzuyu, Taeyong merasa bahwa pada akhirnya ia berharga di mata orang lain. Bersama Tzuyu, Taeyong merasa sangat dicintai. Bersama Tzuyu, segala kekhawatiran yang ada dalam pikirannya selama ini hilang seketika.

Taeyong memandangi punggung istrinya yang sedang memasak sarapan untuk mereka. Tzuyu tampak sudah selesai dengan kegiatan memasaknya. Ia menghidangkan masakannya di atas meja makan. Tzuyu kemudian mendorong kursi roda Taeyong dan menghadapkannya ke arah meja makan. Wanita itu menyiapkan nasi beserta lauk pauk untuk Taeyong. Kemudian, ia menyuapkan makanan tersebut pada suaminya dan langsung diterima Taeyong dengan senang hati.

The Moments || Tzuyu & TaeyongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang