#Chapter 24: Altar

13 5 0
                                    

Kaito dan Ika bergegas menuju ke arah panti walaupun mereka tak tau pasti sekarang ini mereka dimana tetapi Kaito tetap berlari mengikuti nalurinya.

"Kai.. apa kau yakin kita menuju jalan yang benar?" tanya Ika ragu.

"Ntahlah.., firasatku menuntunku ke sini," jawab Kaito.

Kaito pun terus berlari mengikuti instingnya, ia begitu yakin bahwa arah yang ia tuju adalah arah yang benar.

"Aku harap kita tak salah mengambil jalan," Batin Kaito.

"Tuan.., bersatulah denganku. Aku akan membuka matamu agar bisa merasakan aura negative yang ada." Kata Astreia menawarkan diri.

"Aww.. aku senang kau memiliki kekuatan yang sama denganku, tolong kau gantikan tugasku ya aku sedang malas bergabung dengan bocah ini, lagian tenagaku sudah terkuras di pertempuran terakhir." Timpal Themis.

"Baiklah, Astreia ayo bergabung denganku, aku pinjam kekuatanmu ya..!!" lanjut Kaito begitu semangat.

"Baik.., kehendak tuan adalah printah bagiku," jawab Astreia langsung bergabung.

Kaito menutupkan matanya beberapa saat dan membuka lagi kelopak matanya. Ia sudah bergabung dengan Astreia sehingga bisa merasakan Aura negative di daerah ini. Ntah mengapa, tiba-tiba Kaito menjadi shock dan perlahan menghentikan langkah kakinya dan malah terdiam dengan raut wajah yang begitu shock.

"A-apaa.. ini? Aura yang begitu kelam dan sangat dingin, aku belum pernah merasakan aura sedingin ini." Kata Kaito tegang.

Kaito melepas tangan Ika dan kedua tangannya ia naikkan dan memegang kedua pelipisnya dengan tegang.

"Tuan.. jangan terpengaruh dengan Aura ini, kita harus cepat kalau tidak..-"

"Kalau tidak, nyawa semua temanmu akan jadi taruhannya." Potong Themis serius.

"I-ini.. begitu dingin, a-aku.. takut," balas Kaito lemah.

"Heh bocah, kau pikir dengan menyerah apa semua akan selesai?" bentak Themis.

"Iya Kaito.. Themis benar, ayo kita sama-sama hadapi pemilik Aura ini, aku akan menyembuhkanmu kalau terluka, percaya ya.." Lanjut Hathors meyakinkan.

"Tuan.. Percayalah, teguhkan hatimu. Kami akan bersamamu sampai akhir," timpal Astreia.

"Kalian.. baiklah.. a-aku.. akan mencobanya trimakasih, aku senang kalian mau mengambil resiko ini." Respon Kaito berusaha bangkit.

"Kaito.. Kaito.. Kamu kenapa? Apa yang terjadi?" tanya Ika.

Ika yang bingung melihat Kaito terdiam dan memegang pelipisnya segera menghampirinya dan mulai menyadarkannya.

"Emm.. jangan cemas, aku hanya merasakan sebuah Aura, gelap sekali. Apa ada hubungannya dengan dewa yang kau ceritakan?" tanya Kaito penasaran.

"Ntahlah tapi jika kau merasakan Auranya, maka artinya ia ada di sini dan kita harus bergegas secepatnya." Ajak Ika.

"Kalau begitu aku akan memandumu, ikuti aku..!!" teriak Kaito tegas.

Kaito pun melanjutkan perjalanannya dan berlari secepat yang ia bisa di ikuti oleh Ika.

Di sisi lain..

Semua murid sudah di bawa ke Altar yang ada di rumah kepala desa.

"Bagus.. anak sebanyak ini akan mempercepat kebangkitan dewa dan raja kita. Bersoraklah semua..!!"

"Hidup dewa..!! Hidup..!!"

"Sebentar lagi, kau akan hidup dewa.. Tepatilah janjimu ketika kau bangkit..!!" teriak pria berjubah itu di depan Altar.

Tak lama berselang seorang pria lainnya datang ke sana sambil menggendong dua orang wanita di pundaknya lalu menjatuhkannya di hadapan semua orang dan berlutut hormat pada dewa.

"Siapa mereka? apa-apaan ini?" ucap pria yang berdiri depan Altar kaget.

"Maaf tuan, saya menemukan dua wanita ini berkeliaran di wilayah kita tadi jd aku tangkap dan bawa mereka, semoga dewa senang." Jawab pria tadi hati-hati.

Pria berjubah itu turun dari Altar dan mendekati kedua wanita itu yang ternyata adalah Aiharu dan bu Aiko. Ia menatap 2 wanita itu dengan serius.

"Cantik juga, trimakasih dewa.. ia membayar lunas persembahan kita dengan mengirim 2 wanita ini padaku sebagai hadiah atas pengabdianku. Saudara-saudara, bersoraklah untuk dewa..!!" teriak Pria berjubah itu.

"Hidup dewa.. Hidup dewa.."

Sorakan di ruangan itu begitu keras dan penuh semangat, Aiharu pun mulai sadar dan samar-samar mulai melihat apa yang ada di depannya dan membuka matanya perlahan.

"Ikat dua wanita cantik ini, biar sisanya aku yang urus." Lanjutnya.

Para partisipan yang hadir pun membawa bu Aiko dan Aiharu lalu mengikatnya. Walau sudah setengah sadar pun Aiharu terlalu takut untuk memberontak sementara bu Aiko belum juga sadar.

.

.

.

Bersambung..

Counstelarium (On-Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang