#Chapter 25: Siapakah Seyla Sebenernya?

6 4 1
                                    

Bu Aiko dan Aiharu sudah terikat, kini pria berjubah tadi kembali naik ke Altar dan ia mulai menjalankan ritualnya.

"Yang mulia dewa.. yang mulia dewa.. atas nama leluhur suci aku memanggilmu.. datanglah pada kami anak-anakmu.. datanglah sekarang..!!" seru pria itu.

Suasana menjadi tegang dan dingin, Aiharu yang sebenarnya sudah sadar kini terlalu takut untuk berteriak dan ia sama sekali tidak berani untuk membuka matanya secara keseluruhan, alhasil ia hanya mengintip sedikit saja.

"Apa yang terjadi.. mengapa seperti ini? apa aku akan mati? jika ini takdirku, akan ku terima sepenuh hati," bisiknya pilu dalam hati.

Suasana begitu dingin dan tegang, rumah tempat altar itu berada mulai bergetar. Aura gelap itu pun mulai muncul dan menampakkan diri di hadapan mereka semua.

"Hahaha.. aku bisa merasakan banyak jiwa persembahan hari ini, aku senang kalau begini caranya kebangkitanku akan semakin singkat."

Mendengar gemuruh suara dari segumpal asap hitam yang muncul dari segel sihir di tengah altar membuat semua yang menyaksikannya menjadi merinding.

"Yang mulia datang.. semua berlutut..!!" teriak pria berjubah itu kasar.

Semua orang pun tunduk kecuali pria berjubah itu, ia mulai menatap asap hitam tadi dan tak lama kemudian asap itu berkumpul menjadi sebuah wujud manusia yag di selimuti aura hitam yang begitu pekat.

"Tuan.. Silahkan tuan pilih, anak mana yang mau di jadikan persembahan pertama untukmu." Ujarnya.

"Hahah.. aku senang seka-"

"Haha.. Senang ya? akhirnya kau menampakkan diri juga mahluk busuk..!!"

Semua terkejut saat tau ada suara yang berani memotong  ucapan sang dewa.

"Siapa yang berani memotong saat dewa bicara? Kalian tidak akan mendapat pengampunan dewa dan akan di bunuh dengan sangat amat tersiksa..!!"

"Aku..!!"

"..."

Semua terdiam ketika suara itu terdengar lagi, ternyata suara yang memotong ucapan sang dewa berasal dari arah para murid yang di tangkap.

"Haha.. kaget? aku memang sengaja menunggu saat ini, aku sudah menduga ada yang tak beres dengan minuman jeruk itu, karena kak Bell tak pandai berbohong, siapapun tau bahwa di belakang panti tak ada ladang jeruk sebab jeruk tak akan bisa hidup di hutan lembab seperti ini."

Seyla mulai bangkit berdiri setelah sekian lama berpura-pura tertidur seperti murid lainnya.

"Haha.. gadis pintar, tapi ini adalah hari kematianmu. Saudaraku sekalian.. Tangkap..!!"

Banyak partisipan yang berlari ke arah Seyla untuk menangkapnya tetapi Seyla hanya diam dan tersenyum pelan.

"Bodoh.."

Tanpa bergerak.. Segel sihir berwarna putih tiba-tiba melingkari dirinya dan menghempaskan semua yang ada di sekitarnya sehingga tembok-tembok bangunan rumah itu semuanya tersapu oleh hempasan aura Seyla dan hanya pria berjubah itu saja yang masih tetap berdiri bersama dewanyan.

Bruak..

Semua properti bangunan terhempas dan orang yang berusaha menangkapnya terpental semua.

***

"Apa itu?"

"Aku merasakan aura lain tepat di samping Aura gelap itu.."

"Aura yang begitu jernih tapi juga dingin, aku tak tau ini apa tapi sepertinya ini tak akan bagus.. Ika ayo berlarilah lebih cepat..!!

"Baik.."

Kaito yang terhenti karena terkejut kini mulai kembali bergerak secepat yang mereka bisa untuk sampai ke lokasi di mana Aura-aura itu berasal.

***

"Apa itu, bagaimana bisa?" Kata pria itu.

Dewa pun terdiam dan tampak begitu serius.

"Ini.. tidak mungkin gadis kecil ini.."

"Setelah sekian lama, akhirnya aku bersatu lagi dengan kekuatan terkutuk di dalam diriku ini. Haha.."

Seyla mulai berubah, rambutnya menjadi putih, matanya menjadi biru dan terdapat lambang Soul di dalam matanya, aura putih menyelimutinya dan seperti soul pada umumnya, tubuhnya yang di selimuti aura mulai mengeluarkan huruf.

"Da-darimana kau mendapat kekuatan ini?"

"Yang mulia, apa yang terjadi?"

"Ini.. haha.. dia bukanlah tandinganku, jadi setelah pertempuran 100 tahun lalu, kau malah bersembunyi di dalam tubuh gadis ini?"

"Apa yang mulia mengenalnya?"

"Yap.. dia adalah dewa sama sepertiku, saudari perempuanku yang aku kalahkan 100 tahun lalu, tak aku sangka ia menyerahkan jiwanya untuk mengabdi pada bocah seperti itu haha.."

"Apa? Kejadian 100 tahun lalu? Kejadian apa?"

Pria berjubah itu tampak bingung dengan segala hal  yang terjadi saat ini. Seyla juga tampak diam dan belum bergerak seakan mau menunggu sampai sang dewa kegelapan itu selesai mengoceh.

.

.

.

Bersambung..

Counstelarium (On-Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang