#Chapter 14: Desa Di Pinggir Hutan

11 6 4
                                    

Semua berjalan lancar dan bus pun sudah mulai berangkat, kini sudah ¼ jalan menuju ke daerah pesisir kota.

Keadaan di dalam bus cukup seru, kami bercanda, melihat pemandangan dari jendela dan sebagainya.

Kota Hanayama begitu kecil dan daerahnya masih kental dengan budaya lama jadi di daerah wilayah kota ini, pepohonan masih begitu rindang dan banyak terlihat sejauh mata memandang.

"Wah pohon-pohon ini tinggi sekali dan begitu menyegarkan ya..," Kata Kaito.

Ia membuka jendela dan mengeluarkan kepalanya sambil terkagum pada hutan lebat yang hijau dan rindang ini.

Tanpa peringatan, ada seseorang yang menarik Kaito masuk kembali ke dalam bus, ternyata itu adalah Airin beserta 4 anggotanya yang mendampinginya sambil membawa sebuah kertas dan papan kecil sebagai alasnya.

"Heh.. dek itu bahaya, kau ini bisa mencelakakan dirimu lho." tegur Airin tegas pada Kaito.

"Hehehe.. maaf ya kak Rin aku salah." Ungkap Kaito menyadari kesalahannya.

TIba-tiba Bus tersebut berguncang dan akhirnya berhenti karena terpaksa harus mengerem mendadak di pinggir jalanan itu. Semua murid termasuk bu Aiko juga terkejut akan hal ini. Semua anggota OSIS yang ada dalam bus ini segera menyebar ke seluruh bagian bus dan memeriksa keadaan setiap anak.

"Harap tenang dan jangan panik, tetap diam di posisi kalian ya..!!" Seru Airin lantang pada seisi penumpang bus.

Tak lama kemudian sang supir datang ke arah para penumpang dan memberitahukan bahwa ban bus ini bocor dan di ketahui bahwa di sekitar sini ada sebuah desa pertanian kecil, lalu menyuruh untuk sementara para murid dan guru menetap di sana sampai bus di perbaiki.

"Baiklah, ayo ikuti ibu dan berbaris berpasangan menuju ke desa itu, semua OSIS tolong awasi semua murid secara keselururhan..!!" printah bu Aiko.

"Siap..!!"

Semua anggota OSIS yang ada secara serentak menjawab penuh semangat.

Semua murid berpasangsangan kecuali Kaito, tak ada lelaki yang mau berpasangan dengannya untuk berbaris dan tak lama kemudian ia melihat seorang gadis yang juga tak memiliki pasangan lalu Kaito mendekatinya dan mengajaknya berpasangan.

Saat ia mendekat ia sontak terkejut karna gadis itu tak lain adalah Seyla yang ternyata adalah gadis yang ia tolong dan yang membuatnya terlambat tadi.

"Kamu kan perempuan yang tadi? sejak kapan kita sekelas?" Kaito bertanya penasaran.

Seyla terdiam, menatapnya sinis dan tak lama kemudian ia menjawab, "Tidak sopan, kamu tak menyadari kalau kita sekelas karena kita beda ruangan walau masih satu kelas," Jelasnya cuek.

Kaito hanya terdiam dan malu sendiri, tak lama berselang salah satu anggota OSIS menegur mereka untuk segera berbaris dan akhirnya Seyla pun berpasangan dengan Kaito dalam barisan ini.

Semua berbaris rapih dan mereka berangkat menuju arah desa kecil yang di infokan tadi. Mereka berjalan dan tak terasa akhirnya mereka sampai di desa itu.

"Wah.. ini adalah pengalaman pertamaku berkunjung ke sebuah desa, sederhana namun indah ya," ujar Kaito terkagum.

Seyla terdiam dan tampak biasa saja begitupun beberapa teman lain tapi tak sedikit juga yang kagum. Kami di sambut oleh beberapa warga saat di gerbang desa.

"Kalian tampak asing, ada perlu apa datang ke desa kami?" tanya seorang pria dengan ketus.

"M-maaf pak kami ingin singgah di desa ini, sebelumnya kami ingin berkunjung ke daerah pesisir namun kami terhenti di daerah sini karena ban mobil kami bocor." Jelas Airin singkat.

"Maaf kami tak memiliki penginapan jadi silahkan saja pergi dan tinggalkan kami." usir pria tadi.

Bu Aiko yang mendampingi mereka segera maju ke depan.

"Tolonglah biarkan kami singgah sebentar, setelah itu kami akan segera pergi dari sini." Pinta bu Aiko membujuk.

Warga pun sedikit menjauh dan terlihat berdiskusi. Setelah mereka saling berbisik akhirnya pria tadi menghampiri anak-anak dan berkata..

"Baik, silahkan saja kalian kami izinkan dengan syarat kalian harus patuhi aturan kami, di sini adalah desa terpencil dan kami tak punya penginapan tapi beruntungnya ada sebuah panti asuhan tua di ujung desa, lurus saja ikuti jalan ini sampai menemukan sebuah rumah," Jelasnya sambil menunjuk arah.

Akhirnya mereka pun berjalan menuju arah yang sudah di tunjukkan.

.

.

.

Bersambung..

Counstelarium (On-Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang