Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Leo tidak habis pikir dengan om nya itu, sudah seminggu dia berlagak seperti detektif yang sering Leo lihat di Anime
"Om, Leo udah tau nama Papi nya Jina, jangan tanya ke wali kelas, Leo yang malu"
"Kenapa nggak bilang dari tadi sih? Kan gue nggak perlu repot - repot ikut lo sekolah"
Leo menghela nafas sambil melirik kesal ke arah Renjun "Namanya Dewa, kerja di faybox, nggak tau jabatanya apa"
"Faybox?" Leo mengangguk "Oke, gue ada orang dalem"
"Ck, dasar orang tua"
"Jangan durhaka ya lu"
"Udahlah Om, dari pada ngurusin Jina mending Om cari cewek"
"Ah enggak, males, ribet"
"Om udah 35 tahun! Oh, Om homo ya?"
"Sembarangan! Gue sibuk kerja ya"
"Apaan hah? kerjaan cuma malakin Papi Leo"
"Ya itu, malakin harus pake strategi sama alesan harus logis"
"Halah"
"Udah ya bocah, gue mau nyari bokapnya Jina bye!" Renjun langsung berlari menuju mobilnya dan nggak butuh waktu lama mobil itu menjauh keluar area sekolah
Dijalan Renjun terus menebak - nebak bagaimana wajah seseorang yang dia cari ini, dia yakin sekali kalau Jina anak dari sahabatnya
Sesampainya di depan gedung dengan bangunan klasik itu Renjun memberanikan diri untuk masuk dan mencari seseorang yang bernama Dewa
"Heh tunggu," Renjun mencegat karyawan laki - laki yang berpapasan denganya
"Iya ada apa?"
"Eric ada?"
Karyawan tersebut sedikit bingung "Pak Eric?" Renjun mengangguk
"Saya kurang tau jadwal Pak Eric, kalau mau ketemu coba hubungi sekretarisnya dulu"
"Oh iya makasih"
Baru saja karyawan itu ingin melangkah, Renjun kembali mencegatnya