Suara hempasan yang menghantam satu mobil yang terparkir di jalan raya membuat seluruh manusia yang melihatnya terkejut bukan main
Mayat laki - laki dengan darah yang mengalir dari telinga dan hidung bahkan bagian tubuh lainya terlihat hancur
Hwall mendekati keramaian dengan santai sambil memakan roti ditanganya
Matanya melotot saat melihat siapa yang baru saja terjatuh- tepatnya bunuh diri itu
"Jina" Hwall bergegas masuk menuju lobi dan menunggu lift, tidak, Jaemin, maksudnya apa, dia baru saja menelepon Hwall
Pintu unit 77 tidak terkunci, membuat suara tangisan bayi terdengar sampai keluar
"Jaemin, Jaemin. apa yang lo pikirin bangsat!"
Hwall masuk dan menemukan Jina yang menangis ditempat tidurnya
"Ututu sayang, haus ya?" Hwall menggendong Jina dan mengambil botol susu yang sudah disiapkan diatas mini bar
Hwall melihat kertas yang dipegang oleh Jina, membaca tulisan tersebut dengan sedikit emosi
"Jancuk, gue nggak pengalaman jaga anak njirr" Hwall meremas rambutnya frustasi
"Jina Papa kamu kenapa sih?!!" Tanya Hwall, Jina hanya menggeleng dan menunjuk ke arah balkon
"Dia tinggalin Jina tau??" Jina menggeleng lagi
"Papa" Hwall benar - benar frustasi, apalagi sekarang Jina mengeluarkan kata - kata yang tidak dimengerti oleh Hwall
Hwall bergegas mengambil koper berisi uang dan baju - baju Jina karena pasti polisi akan datang sebentar lagi
Setelah membawa Jina ke apartnya, Hwall kembali mengemasi barang - barang Jina, susu dan Hwall juga mengambil barang - barang berharga milik Jaemin
"Permisi?" Hwall berhenti diambang pintu unit 77 dengan membawa beberapa kotak susu
"Siapa?" Tanya Hwall kepada pemuda yang menghentikan langkahnya
"Ini rumah Jaemin?" Dengan wajah paniknya Hwall melihat sekililing lalu menarik pemuda tersebut masuk ke apartnya di sebelah
"Ada apa?" Pemuda tersebut mengerutkan keningnya heran dengan perlakuan Hwall
"Lo siapa? ada perlu apa sama Jaemin?"
Pemuda tersebut tersenyum cerah "Lo kenal Jaemin?"
Hwall merotasi matanya "Iya dia tinggal disebelah"
"Gue mau ketemu, gue Haechan temenya, kenapa lo malah bawa gue ke rumah lo" Hwall benar - benar frustasi saat ini
Hwall berjalan membuka pintu kamarnya lalu mengisyaratkan Haechan untuk mendekat "Sini" Haechan mengikuti Hwall memasuki kamarnya
"Anak lo?" Tanya Haechan bingung saat melihat Jina diatas tempat tidur
Hwall lagi - lagi menghela nafas berat "Anak Jaemin, kalo lo temenya harusnya lo tau"
Haechan nggak bisa menyembunyikan ekspresi terkejutnya "Kenapa anaknya sama lo?"
"Lo liat garis polisi di bawah?" Haechan mengangguk setelah itu menutup mulutnya menggunakan tangan, pikiran yang tidak - tidak melintas dikepalanya
"Jisey ..?" Satu kata yang terucap dari bibir Haechan membuat Hwall menggeleng cepat
"Jaemin"
"Dia kenapa?"
"Lompat" Haechan menggeleng tidak percaya
"Kenapa, kenapa dia lakuin hal gila?!"
"Papa"
Hwall duduk diatas kasur, menenangkan Jina yang mulai menampilkan raut sendu
"Papa Jina lagi pergi, nanti balik kok" Hwall memberikan sebotol susu kepada Jina, berharap anak temanya itu tidak menangis
"Umurnya berapa?" Haechan ikut mendekat duduk disebelah Jina
"Dua atau tiga tahunan"
"Kecil banget.." Haechan memperhatikan Jina, Haechan kira Jina ini bayi yang baru berusia belasan bulan
"Prematur" Haechan tersentak, teringat tujuanya kemari adalah mencari perempuan yang selama ini masih meninggalkan bayang - bayang dipikiranya
"Jisey mana?"
"Nggak ada" Jawab Hwall seadanya
"Kemana?"
"Lo banyak tanya anjir"
"Gue kesini buat ketemu Jisey"
"Dia udah meninggal"