Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jina yang baru memasuki unit 77 itu mendadak pusing, Tere dan Ten pun sama seperti Jina pasalnya unit ini benar - benar berantakan, barang - barang pemilik terdahulu masih utuh ditempatnya hanya saja sudah ditutupi oleh debu yang sangat tebal
"Kalian belum bersihin sama sekali?" Tanya Jina yang dihadiahi gelengan oleh Tere dan Ten
"Gue nggak tau harus mulai dari mana dulu, makanya gue sama Ten belum pindah kesini" Ten mengangguk setuju
"Yaa namanya juga kita beli setengah harga, pasti banyak minus nya" Ten menghela nafasnya, syukur mereka ketemu unit ini, mereka benar - benar ditawarkan setengah harga
"Ten buka aja pintu sama jendela yang ada di balkon" Kata Jina lalu memilih perlengkapan bersih - bersih yang dibawa oleh Tere
Jina memilih mengelap dinding unit ini, menyingkirkan peralatan diatas meja yang masih tertata ditempatnya kedalam kardus, bahkan tv kulkas dan peralatan elektronik lainya masih ada ditempatnya
"Sofa masih bagus, gue bawa ke laundry bisa bersih nih cuma debu doang" Tere memperhatikan sofa di depanya
"Kayaknya kita nggak perlu beli peralatan dapur juga Re, lengkap disini" Sahut Ten yang berada di dapur
"Kenapa ditinggalin gitu aja ya, sayang banget" Tere memperhatikan setiap sudut, sepertinya pemilik terdahulu perginya buru - buru sampai nggak membawa satupun barang
"Lu jangan ngomong terus kapan beresnya nih" Sahut Ten yang sedang membersihkan area dapur
"Ini gue lagi nyapu ya!" Jina hanya menggeleng samar melihat kelakuan si kembar itu
"Sama debu di atap di ambil pake sapu ya Re" Kata Jina yang diangguki oleh Tere, Jina selesai dengan acara mengelap barang - barang perabotan lalu berjalan menuju balkon untuk menghirup udara segar karena di dalam masih banyak debu
Lantai 7 cukup membuat Jina merinding ketika melihat jalanan dibawah sana, pemandangan di hadapanya lumayan indah karena banyak gedung pencakar langit dan juga laut biru yang lumayan jauh dari tempatnya
Jina memejamkan matanya, menikmati angin sepoy - sepoy yang menerpa kulit wajahnya
"Papa sayang jina"
"Ummm jina cantik kayak mama"
"Jina kalau besar jangan nakal ya" tepat di tempat Jina berpijak sekarang terlihat laki - laki kurus dengan rambut yang hampir menutupi mata sedang menggendong bayi, bedanya saat itu sedang hujan deras, membuat suasana menjadi sendu
Terdengar suara - suara kecil yang keluar dari mulut bayi perempuan itu membuat laki - laki kurus tertawa dan mengajak bayinya mengobrol
"Temenin papa nulis ya?" Dibawanya bayi itu duduk disofa, laki - laki tersebut tersenyum tenang, tangan kananya sibuk menulis beberapa paragraf diatas kertas sementara tangan kirinya ia gunakan menggendong si bayi