Bagi Jaemin, jakarta banyak sekali kenangan yang membuat dirinya tidak sanggup untuk kembali kesana tanpa Jisey, maka dibuatnya kenangan mereka abadi pada indahnya amsterdam.
Namun bagi Haechan, amsterdam hanya indah dipandang saja, di dalamnya terdapat banyak sekali duka, kota indah itu juga merebut hal paling indah yang selalu Haechan dambakan. Dengan sangat kejamnya, kota itu hanya menjadi saksi bisu tanpa bisa menghibur, menolong, atau sekedar menerka air mata yang terus menetes di setiap malamnya.
Semua hal terjadi, kalau Jaemin menyebutnya takdir. Segala sesuatu berjalan sesuai rencananya, menikahi seseorang yang dia cintai, mempunyai anak lalu beristirahat dengan tenang.
Kalau Haechan menyebutnya kesalahan. Kesalahan yang menyenangkan, berurusan dengan Jaemin tentu membuat dirinya dalam masalah besar, tetapi bisa bertemu Jisey dan jatuh hati merupakan bagian paling menyenangkan.
Haechan memandang ukiran nama dihadapanya, lalu tersenyum, lima belas menit tanpa suara, dadanya sedikit sesak dan perasaanya terasa hampa, ada banyak sekali hal yang ingin Haechan ceritakan, repotnya hari pertama Jina sekolah, Jina ternyata juga suka corndog, dan Jina sangat rajin ibadah, katanya selalu mendoakan Jisey dan Haechan.
Disamping Haechan, Jina menyatukan kedua tangan sambil memejamkan mata, Haechan yakin Jina banyak sekali mendoakan Jisey.
"Udah lama ya, Ji."
"Lama banget kamu ngga ada"
Hari - hari tanpa Jisey memang menyakitkan, tapi tiada hari tanpa memujanya. Haechan lelah, sejujurnya, mencinta sendiri selama ini sangat membuat hatinya lelah.
"Rest in peace"
"Jina yakin Mami benar - benar istirahat dengan tenang disana" Haechan mengangguk, merangkul Jina
"Sebelum pulang, Papi boleh minta satu hal ke Jina?"
"Apa?"
"Setiap Jina doain Mami, tolong doain Jaemin juga, ya?"
"Iya, semoga Tuhan mengampuni segala dosa Papa"
Jaemin, manusia paling beruntung yang dicintai oleh orang yang tulus, mempunyai anak yang baik, Haechan berharap di kehidupan selanjutnya, dia saja yang menjadi Jaemin, boleh tidak?
Setelah menemui Jisey hari ini, Haechan memutuskan untuk kembali ke Jakarta dan tidak akan kembali lagi ke amsterdam, semua kenangan tentang Jisey sudah dia simpan di dalam hatinya paling dalam, mau suka atau duka selanjutnya Haechan akan menjalani kehidupan normal bersama Jina.
Kalau mengenai keluarga Jaemin, Haechan awalnya ingin berdamai, memperbolehkan Jina sesekali menginap dirumah kakeknya, tetapi Jina menolak keras, dia sudah berfikiran jelek tentang Jaehyun yang pernah membuat masalah dengan Haechan, akhirnya Haechan hanya menyerahkan pilihan tersebut kepada Jina sendiri.
Tamat.