08

844 130 33
                                        

Happy Reading

⭐🌟⭐

Keterpurukan masih betah menemani Soohyun di malam sunyinya. Banyak strategi telah berkutat di pikirannya untuk melunakkan Yeaji kembali. Pria itu meraih ponselnya dan menatap serius benda itu.

'Mianhae. Naega Jal mothaesseo.'
* 'Maaf. Aku yang salah.'

Itulah pesan singkat yang dikirimkannya pada gadis itu.

Sekitar 15 menit tidak ada tanda-tanda bahwa pesan itu telah terlihat oleh si penerima.

'Kau marah?'

Tanpa sedetikpun matanya teralihkan dari ponselnya, menatap nanar tanpa berkedip. Wajahnya murung mendapati pesan-pesannya itu belum terbaca.

"Apa dia tidur? Semudah itu dia tidur? Padahal mataku menutup saja sulit.. aiishh." keluhnya menggeliat gelisah di tempat tidur.

Akankah dia tertidur untuk melepas sejenak pedih hatinya?

Tidak. Sampai fajar pikiran kalutnya itu mengajak dan memaksa tubuhnya begadang. Matanya sudah sembab dan kantung matanya makin berisi.

Inikah rasanya putus cinta?

Arrgh.. gadis itu bahkan belum resmi menerimaku bagaimana bisa ku katakan putus?

Mungkin saja harusnya 'inikah rasanya bertepuk sebelah tangan?'

Tapi tidak. Bukannya dia mengatakan menyukaiku juga?

Haruskah serumit ini? Dia punya rasa yang sama tapi menolakku?

Soohyun mengawali paginya dengan sebuah rasa lesu. Dia beranjak keluar apartemen lalu menatap pintu milik gadis yang membuat keonaran dalam hatinya, memberanikan diri menekan bel-nya. Kali saja dia dibukakan pintu dan takdir mungkin kembali berubah. Lebih rapi dari yang sudah terjadi selama ini hingga semalam.

Nihil.

Tidak ada respon.

Dengan langkah lemah kakinya berjalan menjauh.

Setibanya di kantor para koleganya menatap heran dirinya yang mana setiap pagi selalu memamerkan wajah riang ambisinya. Kini wajah itu terlihat muram dan kacau balau bagaikan dihantam badai. Soohyun seperti seorang pesimis dilihat mereka.

Saat mengikuti rapat pun pria itu tidak fokus, pikirannya sibuk berkelana. Bahkan tidak memperhatikan penyampaian Manager maupun Kepala Bagian dalam upaya menyusun strategi perencanaan dan pemasaran produk mereka.

"Daeri-nim! Ada apa denganmu?!" bisik Jingoo dan menyikutnya karena menyadari Soohyun yang hanya melamun.

Soohyun tersadar saat Jingoo menegurnya dan mencoba fokus kembali. Ada angin apa lagi ini yang tiba-tiba lewat membawa ide padanya pada dia tadi begitu betah dalam pikiran kosongnya. Sebuah ide dalam waktu singkat terencana dan tersusun dalam benaknya.

"Bujang-nim! (Pak manager!) Bagaimana kalau kita melakukan promosi dengan bekerja sama dengan sekolah yang ada di Seoul?" sarannya mencoba membuka suara yang memang dari tadi terdiam.

"Sekolah?" tanya Gwajang-nim (Kepala bagian).

Soohyun pun kemudian memaparkan lebih lanjut mengenai perencanaan yang diajukannya. Namun karena masih ada anggota tim yang kurang setuju dengan idenya itu maka untuk sementara mereka memutuskan akan membahas lebih lanjut hingga memperoleh rencana yang lebih matang lagi.

Saat jam istrihat, Soohyun ditemani Jingoo menghabiskan waktu makan siang di sebuah kedai makanan menikmati Seollongtang (Korean Beef Bone Soup).

BABY [Become Closer]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang