'Na 47'

71 8 37
                                    

"Jaem, kamu gak mau bangun ? " saat ini Nara sedang duduk di samping Jaemin yang sudah dua minggu masih terbaring.

"Hari ini udah selesai ujian akhir semester ini loh Jaem dan kamu masih betah tidur gini"

"Jaem, maaf ya aku harus pergi. Tapi aku janji aku bakalan balik lagi dan aku mohon kalo aku balik lagi nanti kamu udah seperti semula." Lirih Nara.

"Ra, udah ?" Renjun baru saja masuk

"Udah Jun, yuk." Nara menyeka air matanya, ia perlahan melepas genggamannya dari Jaemin lalu beranjak.

"Lo tunggu dulu diluar ya, gue mau ngomong dulu sama Jaemin bentar." Nara hanya mengiyakan permintaan Renjun.

"Jaem ini kesempatan terakhir. Lo gak mau buka mata lo ? Lo gak mau bangun buat kejar Nara ? Apa lo mau beneran bikin gue gantiin posisi lo ?" Renjun merasa nafasnya tercekat.

"Gue minta maaf bikin lo jauh dari Nara, gue minta maaf bikin Nara gak bisa disamping lo saat keadaan lo kaya gini. Gue terpaksa Jaem, gue terpaksa lakuin ini, gue terpaksa nurutin mau lo buat gantiin posisi lo, tapi enggak untuk nurutin mau lo yang jadi pendonor buat Nara. Gue gak bisa Jaem, bahkan sekedar untuk ngebayangin hal itu aja gue gak sanggup. Gue sayang sama Nara, tapi gue lebih gak mau kehilangan sahabat kaya lo Jaem. Gue janji bakalan jaga Nara buat lo. Gue minta, gue kembali kesini lo udah kembali ke keadaan yang semula. Tolong turutin kemauan gue sama Nara yang ini." Tanpa disadari Renjun menangis begitu saja lalu meninggalkan ruangan.

Dan tiba-tiba sepeninggal Renjun lampu darurat di ruangan itu menyala membuat perawat serta seorang dokter segera memasukinya.

"Pasien memberikan respon dok, tapi dia menangis...." perawat tersebut bertukar pandang dengan dokter.

"Hubungi keluarganya segera." Perintah dokter membuat Perawat itu segera keluar.

.

.

At Airport

"Sayang kamu baik-baik disana ya, inget kamu harus disiplin." Mamanya Nara mewanti-wanti anaknya itu.

"Renjun, titip Nara ya. Tolong jaga dia." Pesan papanya pada Renjun.

"Siap Om. Renjun pasti jagain Nara."

"Ra, inget pesen abang ya." Jungwoo memeluk adiknya itu.

"Iya bang iyaaa. Eh bang, kabarin Nara terus tentang perkembangan Jaemin ya. Jangan lupa kasih ini buat dia kalo udah sadar." Dan Jungwoo hanya mengangguk mengambil kotak yang diberikan Nara.

"Yaudah kalo gitu kita pergi dulu." Pamit Renjun pada semuanya.

"Salam buat ayah kamu." Pesan papanya Nara dan Renjun hanya senyum lalu mengangguk sebelum dia dan Nara pergi.

.

.

"Gue bener-bener gak abis pikir sumpah, kenapa si Renjun bisa ngelakuin ini ? Dia gila apa gimana ?" Haechan mengacak rambutnya furstasi.

"Tenang dulu Chan, kita gak tau masalahnya gimana." Jeno berusaha menenangkan walaupun sebenarnya ia juga tak menyangka.

"Tapi kok gue ngerasa gak percaya kalo bang Renjun nikung bang Jaem. Rasanya gak mungkin kalo bang Renjun sama kak Nara...ah ya gitulah." Jisung menangkup wajahnya.

"Gue juga gak percaya Cung, tapi lo liat kan tadi si Renjun pamit terlebih orang tuanya Nara, bang Jungwoo juga dukung-dukung aja." Haechan masih mengomel.

"Tapi nih ya kalo gue pikir mungkin aja kan karena orang tuanya kak Nara itu rekannya ayah bang Renjun. Ya kaya yang lo semua tau kan, orang tua kita juga pembisnis. Di dunia bisnis kan kadang buat kepentingan bisnis apa aja bisa."

CAPPUCCINO CAMOMHILE || Na Jaemin ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang