'Na' 4

125 18 12
                                    

"Iya bang, tolong ya." Ucapnya memohon.

"Yaudah, abang akan temenin kamu ketemu Mark. Tapi nanti setelah kamu pulih." Ucap Jungwoo sembari mengusap lembut pipi adiknya itu.

Mereka terhanyut hingga malam kian larut, setelah memastikan Nara telah kembali ke alam mimpinya masih dalam dekapan kakak laki-lakinya, Jungwoo mencoba membaringkan Nara agar tertidur dengan posisi yang nyaman.

"Kenapa kamu harus mengalami hal seperti ini ?" Jungwoo membatin, ia menatap adiknya dalam, hingga air mata menggenang dipelupuk matanya. Lalu Jungwoo memutuskan untuk keluar dari ruangan.

05.00 WIB

Alarm terdengar nyaring membantu seorang pria yang masih setia dengan mimpinya, disusul dengan suara ketukan pintu kamarnya yang berasal dari sang ibu yang menyuruhnya untuk segera terbangun. Ketika sebuah tangan sedikit mengguncangkan tubuhnya, Ia menggeliat, menggisik matanya dan perlahan bangkit dari posisinya yang semula terlentang. Ia bangkit dan berjalan keluar kamarnya sembari menggerakkan badannya seolah berolahraga sebelum akhirnya mengambil handuk dan masuk ke kamar mandi.

Tak butuh waktu lama untuknya membersihkan diri. Setelah merapikan dirinya ia segera menghampiri ibunya yang tengah sibuk didapur. Ia melihat diatas meja makan sudah tersusun beberapa kotak kue yang siap diantar. Ya ibu Jaemin memang menjual kue-kue yang ia buat dengan mengirimkannya ke beberapa toko atau kedai, dan Jaemin lah yang mengantarnya setiap pagi sebelum ia berangkat ke kampus.

Jaemin selalu memaksa ibunya untuk berhenti membuat kue-kue untuk dijual dengan alasan ia tidak mau ibunya kelelahan dan ia merasa sanggup untuk membiayai ibunya dari hasil kerja sampingannya, walaupun tidak begitu besar namun setidaknya cukup untuk memenuhi kesehariannya karena ia tidak harus memikirkan biaya kuliah. Namun walaupun demikian ibunya bersikeras ingin tetap membuat kue dengan alasan karena ibunya senang melakukannya selain itu ia berkata bahwa hasil yang didapatnya juga lumayan. kenyataannya ibunya memang ingin membantu Jaemin karena tidak ingin anak satu-satunya itu terlalu bekerja keras hingga malam hari padahal ia juga disibukkan dengan kuliahnya.

Setelah beberapa saat membantu ibunya menyiapkan kue itu, ia segera mengangkat kotak-kotak itu dibawanya keluar dan menuju motor yang terparkir di halaman rumahnya. Ia meletakan dan mengikatnya dengan hati-hati dibagian jok belakangnya sebelum akhirnya meninggalkan pekarangan rumahnya menuju kedai-kedai langganan ibunya.

Selesai dengan kotak terakhir yang dikirimkan ia melihat jam yang melingkar ditangannya, tersisa setengah jam sebelum jadwal kuliahnya dimulai.

" Masih ada waktu." Ujarnya lalu bergegas pergi.

Dan memang pada dasarnya jarak dari tempatnya tadi dengan kampus tidak terlalu jauh, kini ia sudah memarkirkan motornya dihalaman gedung putih yang menjulang tinggi. Jaemin sedikit berlari menyusuri lorong itu.Ya jaemin adalah satu dari beberapa orang penerima beasiswa penuh dari pemerintah berkat kecerdasan yang dimilikinya, itu terbukti dari dia yang berhasil akselerasi pada masa sekolahnya dengan nilai nyaris sempurna yang membuatnya bisa berada disini sekarang.

Jaemin memasuki salah satu ruangan di lantai tiga yang merupakan ruang kelasnya kali ini, dan disana sudah banyak mahasiswa yang mengisi kursi-kursi itu karena memang sebentar lagi kelasnya akan dimulai.

"Darimana aja lo ? tumben agak telat, biasanya paling pagi". Ucap salah satu temannya bernama Renjun ketika melihat Jaemin berjalan kearah kelompok beberapa lelaki disana.

"Pesanan kue agak banyak, makanya gue telat." Jawab Jaemin sembari mengambil tempat disebelah Haechan .

"Anak yang baik." Ucap Haechan, teman Jaemin dengan sedikit tertawa. Sedangkat Jaemin hanya menanggapinya dengan kekehan kecil.

Kelas yang semula riuh kini menjadi sunyi dengan kedatangan Mr. Kang yang tak lain adalah dosen mereka. Setelah hampir 2 jam pria paruh baya itu memberi materi pada mahasiswa nya akhirnya mereka kembali riuh dan segera membubarkan diri karena merasa penat dengan mata kuliah dengan jumlah SKS terbanyak ini.

"Kantin yo." Ucap Haechan pada teman-temannya yang beriringan keluar kelas.

"Ayo lah, ini perut udah gak bisa diajak kompromi." Ucap Haechan sembari mengusap perutnya.

"Perut lo emang selalu gak bisa diajak kompromi Chan." Ledek Renjun pada Haechan yang menjadi tertawaan temannya. Sementara yang menjadi bahan ledekan hanya menghembuskan nafasnya kasar.

"Woy..tunggu ".

.

.

.

Next part ?

Gooooooooooooo💚

Let's Check for the next part..

Jangan Lupa Vote nya yeorobun........💚🌷

CAPPUCCINO CAMOMHILE || Na Jaemin ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang