BAB 11 : TINJAUAN SOSIOLOGIS TENTANG POLA KEPEMIMPINAN PONDOK PESANTREN

7 0 0
                                    

Jangan lupa VOTE yaa.
Klik ⭐ Okayyyy🤗🤗






Jangan lupa VOTE yaa.
Klik ⭐ Okayyyy🤗🤗

🌹🌹🌹


بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Alya Azzahra Furqon

1182020024_PAI 5A

BAB 11

TINJAUAN SOSIOLOGIS TENTANG

POLA KEPEMIMPINAN PONDOK PESANTREN


A. Pendahuluan

Sejak tahun 70an, pondok pesantren di Indonesia sudah mulai diperbincangkan para ahli dan peneliti. Berbagai komponen yang ada di pesantren menjadi bahan kajian para ahli dan peneliti, pada umumnya mereka mengatakan bahwa berbagai komponen yang ada di pesantren tersebut masih belum menggambarkan cita-cita ideal ajaran Islam. Nurcholish Madjid misalnya, melihat tentang lingkungan, penghuni/santri, kurikulum, kepemimpinan dan alumni pesantren yang secara umum belum menggembirakan. Selain itu, dilakukan pula kajian terhadap kepemimpinan pondok pesantren. Dalam hal ini, Nurcholish Madjid mengatakan bahawa para kenyataannya pola kepemimpinan seorang kiai adalah pola kepemimpinan kharismatik sudah cukup menunjukkan segi tidak demokratisnya sebab tidak rasional.

Dari ungkapan tersebut dapat diketahui bahwa pola kepemimpinan kiai adalah kepemimpinan yang kharismatik, personal dan rEligio feodalisme. Pola kepemimpinan ini dinilai sebagai yang kurang positif dilihat dari srgi pengembangan demokrasi, egalitarian, keterbukaan dan akses publik.

Namun demikian, drngan segala kekurangannya yang ada, termasuk dalam pola kepemimpinannya, ternyataa pesantren yang ada di Indonesia termasuk salah satu institusi yang palinf mampu merespons tantangan modernisasi dibandingkan dengan lembaga pendidikan srjenis yang ada di negara lain. Pesantren saat ini tidak hanya melaksanakan 3 fungsi tradisionalnya sebagai transmisi dan transfer ilmu-ilmu Islam, pemeliharaan tradisi Islam dan reproduksi ulama. Tapi juga menjadi pusat penyuluhan kesehatan, pusat pengembangan teknologi tepat guna bagi masyarakat sekitarnya.

Dalam konteks terakhir, terlihat pesantren terlibat dalam aktivitas-aktivitas vocation dan ekonimi, seperti dalam usaha-usaha agrobisnis yang mencakup pertanian tanaman pangan, peternakan, dsb. Berdasarkan fenomena ini, Azyumardi Azra menyimpulkan, bahwa pengalaman Turki dan Mesir agaknya cukup memadai untuk nenggambarkan proses-proses memudar dan lenyapnya sistem pendidikan tradisional Islam dalam gelombang modernisasi yang diterapkan para pengiasa di masing-masing negara tersebut.

B. Pengertian dan Macam-macam Pola Kepemimpinan Pondok Pesantren

Pola dalam bahasa Indonesia mengandung beberapa arti ; pertama, pola berarti gambar yang dipakai untuk contoh batik. Kedua, pola berarti corak batik atau tenun, suri. Ketiga, pola berarti potongan kertas dan sebagainya yang dipakai untuk contoh membuat baju, dsb. Dalam bahasa Inggris, pola merupakan terjemahan dari kosakata pattern yang berarti pola, mal, susunan gambar dan warna pola, contoh dan teladan.

Kepemimpinan, berasal dari kata pimpin yang berarti bimbingan dan tuntun, misalnya orang buta datang dipimpin. Pimpinan juga berarti menunjukkan jalan, mengetuai atau mengepalai serta melatih supaya akhirnya dapat mengerjakan sendiri. Namun dalam KBBI kata pimpinan tersebut tidak dikembangkan menjadi kata kepemimpinan sehingga tidak ada penjelasannya. Dalam bahasa Arab kosakata yang dekat dengan kosakata kepemimpinan adalah al imamiyah, raiyah, sultaniyah, al khilafiyah dan al mulkiyah yang artinya orang yang berada di barisan depan, yang mengasuh, yang mengepalai, yang berada di barisan depan, yang menjadi raja.

Sosiologi Pendidikan Islam : Prof. Dr. H. Abudin Nata, M.ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang