As you can guess, 2020 has been a downhill ride for me.
Last year, I broke my lowest GPA record, broke my faith on myself, and many stuff. Kuliah onlen & terisolasi dari rangorang emang bukan hal yang fun uwu uwu untuk seleraku. Aku sampe kepikiran untuk balikan sama mantan saking butuh supportnya aing. Wkwkwk canda.
But you know? Kalau ada satu yang bisa kupelajari dari karir pacaranku (yang cuma sebiji) sedari kemaren, itu adalah love yourself first before loving someone else.
(and yes aku mau ceramah)
Jadi aku kayak gini pas sama mantan kemarin, si senior beda kampusku: I never really liked her, I just felt empty at that time and needed someone for whatever reason. She approached me, and boy did she become an escapement for me... Like I'm finally having another place to belong.
I was lonely in my major, belum punya banyak teman dan aku punya social anxiety, semua itu bikin self-esteemku ruapuh men cok.
And what it resulted me?
I become kinda overdependent on her because I literally lacking the proper, supporting circle of friends I should have. Hasilnya dia jadi kotak sampah semua masalahku karena aku terlalu insecure sama temenku untuk bisa nyaman cerita ke mereka. Aku pergi ke dia untuk ngobrol, validasi, untuk afeksi. Ke dia untuk pergi jalan. Ke dia untuk didengar. Ke dia untuk ga merasa kesepian.
And I think that's... Just plain unhealthy. You can't make your partner your only human connection. Ditambah lagi, self-esteemku yang rendah bikin aku mudah terganggu dengan kekurangannya, yang sebenarnya enggak jelek-jelek amat. Aku butuh validasi kalau aku berharga dengan harus punya pacar yang sempurna, dan aku ga mendapatkan itu dari mantanku. I literally cuma mikirin apa kata orang kalau aku pacaran sama cewek 'modelan gini'.
So fucking shitty, right??? And she was a really nice person to me!!! I'm so unworthy.
Dan itulah bunda, kenapa kita kalo bisa jangan dulu mikirin mana jodo kalo masih punya masalah sama our self-worth, self-esteem, self-love, dan self-self lainnya. Ketika kamu menjalin hubungan ma seseorang, harusnya kedua dari mereka sama-sama udah mencintai diri mereka dan merasa dirinya 'complete'. Bukan yang merasa dirinya 'kurang' lalu nyari the other half of them di orang lain.
As cliche as it may seem, kalo kamu gabisa mencintai dirimu, gimana kamu mau bisa mencintai orang lain dengan benar? Either you'll hurt someone or you'll get hurt A LOT bc you just can't respect yourself enough. I been there, hurt someone in the way, not the wisest thing in my life ever. Now I don't give damn about gebet menggebet. Mau cewek, mau cowok. Sekarang cuma pengen meng-improve diri aja dulu.Pacar itu bisa jadi healer & support system yang baik, dan itu bagus. Masalahnya dateng ketika kamu belum siap-siap banget pacaran, atau malah sebenernya ga pengen pacaran (yup, itu aku) tapi tetep nembak/nerima tembakan hanya karena kamu ga mau ngerasa sedih atau kesepian.
Moral yang bisa diambil jelas: Jangan pacaran hanya karena kamu kesepian atau merasa kosong. Yes? Yes.
Bentuk support system yang sehat, jangan terlalu dependant sama pasanganmu. Love yourself dulu lah sebelum menuruti kemauan orang lain.
Oh, dan, jangan jadian sama orang yang bahkan ga terlalu kamu suka cuma karena kepingin rebel. Wkwk serius deh. Aku selama ini anak baek-baek but broken inside, ketemu mantanku pas kuliah yang emang menjurus nakal, dan sisi rebel-ku pun kepengen menjadikan kenakalan ini sebagai pelampiasan. Hahahaha ga ding, becanda.
Tapi beneran.. Selama ini aku ga pernah aneh-aneh, bayangin seberapa speechlessnya aku ketika tau dari si mbaknya kalo orang2 pada minum alkohol, fwb-an, dan ons-an irl. Like gorl I didn't even know the term FWB exist before she taught me things. Emang cetakannya juga bukan cetakan buat nakal-nakalan si.
Yeah... It be like that. I gotta sleep now. Bye.
-tobimaru
KAMU SEDANG MEMBACA
Curhatan Maba LGBT
De TodoA dumpster of my rants & thought vents. Yagitulah. Uwu. Isinya random. Trus apalagi ya. Unfaedahlah pokoknya. Sekuel judul sebelumnya. Isinya lebih gajelas dari prekuel. Thanks :D