Kebetulan, februari kemarin @plush.yogyakarta, salah satu organisasi queers di kota tempatku kulyah ngadain workshop sign language.
Yas, dan subjek workshop yang ini menarik minatku jadi deh aku ikut. Kebetulan kegiatannya diadain di sekre plushnya, jadi minggu pagi aku kesana sendiri.
Pertama dateng, impresi pertamaku itu tempatnya kayak rumah kontrakan yang hampir-hampir nggak dihuni XD Maklumlah organisasinya undercover. Aku diajak masuk sama ketua plushnya sendiri, mas Edo (Edi? Ega? Aku lupa), dan voila, ruangan dalem sungguh beda. Aku ngeliat banner warna-warni dengan quotes yang tampaknya filosofi warna pride flag. Merasa excited dong akunya. Terus, waktu aku belok ke ruang tengah, nun di ujungnya aku ngeliat benda itu.
Pride flag gede, membentang lebar dan menutup setengah sisi tembok ruangan itu.
Itu kali pertama aku ngeliat bendera pride di dunia nyata, gede pulak. Aku emosional. Kagum, excited, sedikit banyak merasa terharu. Udah kayak apa aja njir???
Abis itu aku kenalan sama beberapa anggotanya yang tampaknya udah lama masuk plush. Total 9 orang termasuk pelatih sign languagenya, yang juga seorang gay. Pelatihnya ganteng sumpah, tapi sayang dia ga demen cewek wakakaka. Well, what can I say? Aku belum ada sehari penuh ketemu organisasi ini tapi aku udah ngerasa nyaman disitu. Ada perasaan familial yang aneh, seolah kayak bertemu keluarga sendiri. Kayak kembali ke rumah lama.
...ya mungkin karena anggotanya banyak yang kepala tiga kali ya, jadi serasa kayak bertamu ke rumah om tante sendiri gitu.
Atau mungkin karena merasa sama senasib, aku langsung merasa terikat dengan mereka? Idk, whatever it is, aku ngerasa dekat secara aneh sama orang-orang ini.
Meski begitu, aku nolak si waktu kemarin aku ditawarin buat join plush. Aku masih butuh adaptasi di semester 2 ini, dan aku juga masih mikir-mikir. Soalnya fokus kegiatan plush itu seputar isu feminisme, LGBT, SOGIESC, dan jujur saja, aku nggak setertarik itu ngebahas topik-topik diatas. Aku bukan tipe yang senang ngulik isu-isu HAM dan isu sosial, turun ke jalan membela hak-hak wanita serta LGBT, atau semacamnya.
Ya gitu. Saya bukan pembela social justice garis keras, jadi khawatirnya pas masuk plush tapi ga punya minat/passion di topik kegiatannya ha piye.
Gitu aja buat tudei. Adios!
KAMU SEDANG MEMBACA
Curhatan Maba LGBT
RandomA dumpster of my rants & thought vents. Yagitulah. Uwu. Isinya random. Trus apalagi ya. Unfaedahlah pokoknya. Sekuel judul sebelumnya. Isinya lebih gajelas dari prekuel. Thanks :D