Special Birhtday

93 18 14
                                    

Bersandar pada sebatang pohon besar, pemuda bernama Thorn itu terlihat sibuk dengan beberapa sulur tanaman yang ia dapat dari sekitarnya.

Saking fokusnya, Thorn tidak sadar dengan adanya beberapa sosok mata yang mengintainya dari balik semak-semak.

Yang di balik semak-semak hanya cekikikan dan menyeringai, begitu keduanya saling memberi aba-aba ...

"BWAAAA!!!"

"OPOCOTTHORNHIJAU!"

Hening, hanya beberapa saat keheningan itu terganti oleh suara gaduh dari tawa beberapa orang, Taufan dan Blaze.

"Ish! Kak Upan! Kak Blaze!" Thorn menggembungkan pipinya, menatap cemberut pada kedua kakak jahilnya itu.

Blaze menyapu air matanya di sudut matanya. "M-maaf Thorn, pfftt ... ahahahahaha! Kau liat mukamu tadi? Lucu! Ahahaha!"

Thorn semakin cemberut. "Mana bisa Thorn liat muka sendiri! Emangnya Thorn lagi ngaca? Lagian kalian ..."

"Ehehe ... maaf, Thorn," Taufan, yang dikenal sebagai pengendali angin itu duduk di sebelah kanan Thorn, ikut bersandar di batang pohon. "Btw, kau ngapain di sini?"

Menoleh kanan dan kiri, akhirnya Thorn menunjuk dirinya sendiri. "Thorn, Kak?"

Blaze menepuk jidatnya, kemudian duduk di samping kiri Thorn. "Iyalah, emang siapa lagi yang ada disini?"

"Kan kak Blaze juga ada di sini, bisa saja pertanyaannya untuk kak Blaze." Ucap Thorn mendadak logis. Membuat Blaze diam terkaku.

"Sudah-sudah. Iya Thorn, aku bertanya padamu." Ucap Taufan.

Thorn menghela nafas, membuang sulur tanaman yang berada dalam genggamannya dalam keadaan patah. "Hanya bosan."

"Kenapa enggak panggil kita? Kami berniat bermain bola bersamamu tadi." Balas Blaze.

Thorn mengambil sulur tanaman baru, kemudian menatap tanaman panjang itu dengan tatapan cemberut. "Entahlah, rasanya Thorn lagi enggak mau main."

"Apa ini karna Solar sibuk?" Tanya Taufan.

Krak!

Salah satu sulur tanaman yang Thorn pegang kembali patah, membuat si pengguna elemen tumbuhan itu lagi-lagi menghela nafas. "Iya ... itu juga ..."

Blaze menepuk pundak Thorn. "C'mon, Thorn! Smile!"

Merasa tak mengerti perkataan Blaze, Thorn memiringkan kepalanya. "Kak Blaze ngomong apa sih?"

"Maksudnya itu senyum Thorn, jangan cemberut mulu." Jelas Taufan.

Thorn menghela nafas, tangannya kembali mengambil sulur tanaman. "Habisnya ... Solar sudah janji hari ini, katanya mau belikan Thorn es krim dan jalan-jalan di taman."

Blaze mengangguk-angguk. "Dia memang begitu Thorn, belajar nomor satu, kemu di nomor duakan."

"Maksudnya pelajaran lebih penting daripada Thorn?" Tanya Thorn, matanya berkaca-kaca, bersiap untuk meneteskan air matanya.

"Ark ... sudahlah Thorn!" Taufan bangkit dari duduknya, kemudian mengambil salah satu tangan Thorn. "Ayo, Thorn! Kita pergi beli es krim!"

Hanya secepat angin berhembus, wajah Thorn tiba-tiba berbinar senang. "Ayo, Kak!"

"Tunggu aku!" Blaze ikut berjalan bersama Taufan dan Thorn, menyeimbangkan jalannya.

"Kak Taufan." Panggil Thorn.

"Iya?" Balas Taufan.

Thorn tersipu. "I-itu ... besok-"

"Wah! Thorn! Ada penjual es krim di sana!" Seru Blaze sembari menunjuk sesuatu di depannya.

Galaxy TAPOPSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang