DuaPuluhEnam

56.4K 7.6K 521
                                    

Happy Reading 🖤

Eveline memuji dirinya sendiri karena bisa melewati perbatasan tanpa ada yang mencurigainya. Setelah menghela napas sejenak, Eveline kembali menyusuri hutan untuk bisa tembus di desa wilayah Torix. Ini pertama kalinya Eveline menginjakkan kakinya di negeri musuhnya ini. Andai saja, kakak iparnya tidak di culik oleh William-menurut pemikirannya, mungkin Eveline tidak akan memasuki wilayah ini.

Eveline juga bersyukur, karena mempunyai kebiasaan buruk yang tidak di ketahui orang lain. Yaitu, suka mendatangi tempat-tempat berbahaya yang menurutnya sangat menantang. Kebiasaan ini sudah Eveline lakukan sebelum ia pergi ke Zayaland-untuk sekolah Tata Krama. Menyusuri hutan atau mengelabui prajurit sudah sesuatu yang mudah bagi Eveline.

Eveline kembali mengeratkan jubahnya dan menatap sekitar-takut jika ada yang melihatnya dan menangkapnya sebelum bertemu dengan pria bajingan itu. Tentu saja Eveline tidak mau jika perjalanannya ini sia-sia. Eveline tidak takut jika tertangkap, asalkan ia tertangkap setelah selesai bertemu dengan pria itu dan melepaskan kakak iparnya.

Urusan tertangkap atau tidaknya, itu urusan belakang. Yang terpenting sekarang adalah keselamatan kakak iparnya-Arabella. Eveline tahu jika sekarang ia nekat dengan memasuki kandang lawan, namun ia tidak peduli. Karena menurutnya, ini salah satu kegiatan yang menguji adrenalinnya.

Tak! Tak Tak!

Sial! Eveline berdecak dan langsung bersembunyi di balik pohon besar, saat mendengar suara kaki kuda yang menapak tanah-mendekati tempatnya berdiri. Eveline sedikit mengintip-untuk melihat penunggang kuda putih tadi.

Seorang berjubah hitam berambut silver yang barusan melintas. Eveline terus melihat penunggang kuda itu dengan kening berkerut. Dari tubuhnya yang tegap dan auranya yang pekat, Eveline yakin jika itu bukan orang biasa. Pasti anggota kerajaan, pikir Eveline.

Setelah merasa jika penunggang kuda tadi sudah jauh dari dirinya, Eveline menatap sekitar kembali-berjaga-jaga jika ada orang akan melintas lagi. Di rasa aman dan tidak ada tanda-tanda orang yang akan datang, Eveline keluar dari tempat persembunyiannya dan bernapas lega.

Kakinya kembali menyusuri jalan setapak yang entah mengarah kemana. Eveline melangkah mengikuti kata hatinya. Dalam hati, Eveline berharap jika ia tidak tersesat dan bisa tiba di tempat pria bajingan itu dan menyelamatkan kakak iparnya.

Dari jarak sepuluh meter di belakang Eveline, seseorang tengah menatapnya dengan bibir yang menyeringai. Dia adalah penunggang kuda putih tadi-William orang yang di cari Eveline. Melangkah pelan berusaha tidak menimbulkan suara, William berusaha menggapai wanita berjubah biru itu. William penasaran, siapa wanita itu.

Sudah dari tadi ia mengikuti wanita itu. Tepatnya dari perbatasan tadi. William memang mengecek perbatasan hari ini, dan tidak sengaja netranya menangkap siluet orang bertubuh mungil yang William yakini seorang wanita. William memberi dua jempol pada wanita itu karena sangat pintar mengelabui para prajuritnya. Makannya karena penasaran, ia mengikuti wanita itu.

Eveline berhenti sejenak, ia merasa jika ada yang mengikutinya. Eveline menatap sekeliling waspada, di rasa tidak ada orang, Eveline mengedikkan bahunya dan kembali melangkah. William keluar dari persembunyiannya saat melihat wanita berjubah biru itu kembali melangkah. William tambah menyeringai, ternyata insting wanita itu sangat tajam.

Eveline berdecak dan berkacak pinggang. Rasanya dari tadi ia hanya berputar-putar di tempat ini. Apa ia tersesat? Ohoho, Eveline berharap jika itu tidak benar. Jika ia tersesat, sia-sia sudah perjalanannya sejauh ini. Eveline mendesah dan memijit pelipisnya, tenggorokannya sudah kering dan minta di basahkan, sedangkan persediaan air yang ia bawah sudah habis.

Arabella Transmigration [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang