HAI APA KABAR?
JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN YA<3HAPPY READING 🖤
Satu bulan telah berlalu dari perang sengit antara Estemoral dan Roxania yang berakhir menjadi tempat menari dadakan, karena kemauan pria yang tengah ngidam. Bahkan, kabar mengenai perang yang menjatuhkan nama baik Raja Roxania itu, terdengar sampai ke wilayah kerajaan lain. Banyak yang tidak menyangka jika perang yang di pimpin Arthur kali ini, akan memiliki akhir seperti itu.
Bahkan penghuni Istana Estemoral hanya bisa tepuk jidat. Mereka tidak habis pikir, jika di medan perang pun, Arthur harus mengalami ngidam, bahkan bisa di bilang, jika ngidamnya lebih parah lagi. Ah, pikiran penghuni istana mulai menerka-nerka, bagaimana jika bayinya telah lahir? Akan seperti apa sifatnya?
Jika ngidamnya saja sudah membagongkan seperti itu, lantas bagaimana karakter dari bayinya jika telah lahir? Entah bagaimana masa depan Estemoral ke depannya.
Bella saja menjadi kewalahan menghadapi Arthur yang sering minta ini-itu. Sekarang, kehamilannya telah memasuki bulan ketiga, dan itu membuat sifat Arthur semakin menjadi-jadi. Dan yang lebih parahnya lagi, permintaan Arthur selalu melibatkan Zack dan Cixander. Membuat kedua pria berbeda usia itu hanya bisa usap dada---berusaha untuk selalu sabar.
Seperti pagi ini, Arthur sudah menarik Bella yang nyawanya belum terkumpul, menuju ke arah pohon mangga yang ada di sebelah istana. Bella hanya bisa pasrah tangannya di tarik, walaupun aslinya kelopak matanya masih berat untuk terbuka normal.
Pohon mangga? Oke sepertinya Arthur ngidam mangga lagi. Ah, Bella jadi teringat kejadian satu bulan lalu, di mana Arthur memberontak di Medan perang, karena Raja Roxania tidak mendapatkan buah mangga muda untuknya. Bahkan bulan lalu, Cixander harus turun tangan, dan menggerek Arthur untuk balik ke istana. Itu lebih baik, dari pada nama baiknya tercemar.
"Sayang, aku ingin mangga itu!" Arthur menunjuk ke arah mangga yang masih mentah-di lihat dari bentuknya yang masih kecil dan warnanya masih hijau.
Bella menatap Arthur dengan mata mengantuk, kemudian wanita itu menguap dan mengucek matanya. "Ambil saja," kata Bella malas. Jujur saja, Bella masih mengantuk, karena tadi malam ia tidak bisa tertidur nyenyak, gegara Arthur yang selalu mengganggunya. Mulai dari mendusel perutnya yang mulai sedikit membuncit, menunjuk-nunjuk nya dengan jari telunjuk, bahkan berusaha untuk menggigitnya. Entahlah, sepertinya Arthur gemas melihat perut Bella.
Arthur berdecak mencubit gemas pipi Bella. "Sayang, aku ingin itu!" Arthur kembali menunjuk ke arah mangga yang masih berada di dahan pohon yang tingginya sekitar tiga meter dari permukaan tanah.
Kali ini, Bella ikut berdecak. "Sudah di bilang ambil saja!" kesal Bella pada Arthur, "kau tinggal memanjatnya saja, setelah itu selesai."
Arthur mencebikkan bibirnya. "Mengapa harus aku yang memanjatnya?" tanya Arthur membuat Bella memutar bola matanya jengah.
"Kalau buka kau siapa lagi, Huh? Di sini hanya ada kita berdua! Memangnya kau mau menyuruh aku yang mengambilnya?" Arthur menggeleng. Mana mungkin dia mau menyuruh Bella yang tengah hamil memanjat pohon.
Bella memijit pelipisnya sendiri. "Kalau begitu silahkan petik. Lagi pula kau yang menginginkannya, jadi kau sendiri yang harus mengambilnya!"
Arthur mendengus, di tatapnya wanita itu dengan wajah kesal. "Ck! Kan ada Ayah dan Zack, jadi kau harus menyuruh mereka saja untuk mengambilkan-nya," ujar Arthur sembari bersedekap dada.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arabella Transmigration [SELESAI]
Fantasy[PART MASIH LENGKAP] (STORY KE-1) Bella yang baru saja di pecat dari pekerjaannya, frustasi dan memilih pergi ke Bar untuk melampiaskan emosinya. Karena terlalu banyak minum Alkohol, membuat Bella tidak sadarkan diri. Tapi siapa sangka, saat Bella...