Happy Reading sahabat Moriz and Derral tercinta🖤
------
Arthur Point of view
Aku marah besar sekarang. Apa itu berlebihan?
Dari kemarin emosiku selalu membuncah, bahkan aku tidak bisa mengontrolnya. Wajah Bella menyebutkan nama pria lain dengan wajah bahagia, membuat dadaku bergemuruh hebat. Ingin sekali aku membunuh pria sialan itu. Karena dia, hubunganku dengan Bella menjadi renggang.
Jujur, aku tidak sengaja membentaknya tadi. Aku hanya terlalu marah saat Bella terus menyebutkan namanya. Aku tidak suka, aku benci mendengar namanya. Bisa aku lihat pancaran kecewa dan takut dari sorot cokelatnya tadi. Aku ingin memeluknya, namun sial! emosiku belum terkontrol. Biarlah dia menjauh dulu dariku, sampai emosiku sudah bisa aku kontrol.
Aku mendongak saat mendengar suara pintu terbuka dan menampilkan sosok Zack yang seperti terkejut melihat ruangan ku.
"Wow! Apa ruanganmu habis tersapu badai?" tanya Zack membuat aku mendengus.
Setelah Bella pergi tadi, aku menghancurkan semua barang yang ada di ruanganku untuk melampiaskan emosiku. Aku bersandar di pinggiran meja sembari bersedekap dada, mataku menatap datar ke arah Zack yang sekarang sudah duduk di sofa sebelum aku persilakan.
"Apa kau masih marah dengan Ratu?" tanya Zack tidak menghiraukan tatapan tajamku.
Aku menghela napas. "Seperti yang kau lihat," ujarku mengalihkan tatapan dari Zack. Aku menatap kosong pintu di yang tertutup di hadapanku.
"Apa kau masih terpikir dengan ucapan sosok berjubah itu?" tanya Zack membuat aku terdiam.
Aku menoleh ke arahnya sekilas dan kembali melihat ke depan. Aku menengadah sembari memejamkan mataku. Benar juga, perkataan sosok berjubah itu yang membuat aku bisa semarah dan setakut ini. Kalau saja sosok itu tidak mengatakan hal yang membuat aku takut kehilangan Bella, mungkin aku tidak semarah ini.
Aku marah karena takut. Aku sangat mencintai Bella, dan karena rasa cintaku membuat aku sangat marah.
Saat Bella pergi ke panti asuhan, aku dan Zack berjalan di sekitar taman belakang istana, tempat berlatih prajurit terpilih. Pekerjaanku sudah selesai lima menit yang lalu, makannya aku menyempatkan waktu untuk melihat perkembangan latihan prajurit terpilih ini, itung-itung sambil menunggu Bella kembali.
Saat melihatku dan Zack yang datang, mereka berhenti berlatih dan langsung menunduk hormat.
"Salam Baginda Raja dan Tuan Panglima, semoga Dewa selalu memberkati kalian!"
Aku mengangguk menerima salam mereka. "Kembali berlatih! Kalian harus fokus dan asah terus kemampuan kalian semua. Kita tidak tahu, kapan musuh bisa menyerang, jadi kalian harus tetap semangat dan waspada untuk tanah air tercinta!" ujarku membuat mereka semua bersorak semangat.
Aku dan Zack berteduh di bawah pohon mangga yang mulai berbuah. Mataku terus menatap prajurit berjumlah sekitar seribu orang itu yang tengah semangat dalam berlatih. Suara acuan pedang dan suara adu tonjok menggema di lahan luas itu.
"Aku tidak menyangka bisa bertemu denganmu Yang Mulia."
Aku mengernyit dan berbalik, terlihat sosok berjubah hitam dengan tubuh yang membungkuk serta memegang tongkat kayu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arabella Transmigration [SELESAI]
Fantasi[PART MASIH LENGKAP] (STORY KE-1) Bella yang baru saja di pecat dari pekerjaannya, frustasi dan memilih pergi ke Bar untuk melampiaskan emosinya. Karena terlalu banyak minum Alkohol, membuat Bella tidak sadarkan diri. Tapi siapa sangka, saat Bella...