Enam Belas—Menyelamatkan Sirius
(19 Desember 1987)
Ketika Remus datang melalui floo ke Wolfden hampir satu jam kemudian, Harry sedang duduk di sofa, memeluk Devlin dengan wajah menempel di tubuh anjing tersebut. Bahu kecilnya gemetar, dan sesekali dia mengeluarkan isak kecil.
"Oh, Harry," bisik Remus, bergegas untuk duduk di sampingnya di sofa. Dia melingkarkan lengan di bahu kecil anak itu dan menariknya sehingga bocah itu bersandar padanya. Harry memeluk manusia serigala itu, yang sedang mengusap punggungnya untuk menenangkannya.
"Bagaimana sekarang?" Harry terisak. "Apa yang terjadi dengan Sirius?"
Remus terdiam beberapa saat. "Kita beruntung." Dia berkata akhirnya. "Mereka hanya bisa mengajukan beberapa pertanyaan... mereka tidak dapat menginterogasi dia sepenuhnya sampai mereka diberi wewenang. Mereka bertanya di mana kau berada, dan bagaimana cara masuk ke dalam rumah, dan hal-hal semacam itu. Mereka menggeledah Safehouse dan menemukan barang-barangmu, dan mereka mengira kau kabur sendirian. Kau bisa tetap di sini. Kurasa kau akan baik-baik saja."
"Tapi bagaimana dengan Sirius?" tekan Harry dengan mata melebar.
"Mereka menjatuhkan hukuman padanya dengan Kecupan Dementor." Remus berbisik.
Harry berkedip. "Kecupan?"
"Para Dementor. Mereka akan mengisap jiwanya."
Untuk sesaat, Harry tidak berbuat apa-apa. Kedengarannya sangat konyol. "Mengisap jiwanya?"
Remus mengatupkan bibirnya dan mengangguk kaku.
"Tapi... apa maksud...?"
"Sirius akan tetap hidup, tapi dia tidak akan bisa untuk melakukan apa pun, untuk bergerak... dia hanya akan menjadi cangkang kosong... dia akan ada di sana, tapi dia tidak akan—" Harry tiba-tiba menangis lagi. Nasib Sirius tampak gila—dan mustahil—tetapi Harry tidak bisa menahan rasa takut atas Sirius. Dia baru melihat ayah baptisnya pagi ini; mereka tidak boleh melakukan itu. Sirius tidak boleh menjadi... kosong. Itu hampir lebih buruk daripada kematian.
Manusia serigala itu terus mengusap punggungnya untuk menenangkan. Namun, setelah beberapa saat, dia dengan lembut melepaskan Harry dan berdiri perlahan. "Aku harus pergi," dia berbisik dengan enggan. "Aku harus melakukan sesuatu... Aku tidak tahu apa." Dia bergumam. "Tapi pasti ada sesuatu. Aku akan kembali, Harry. Tetaplah... di sini." Mata manusia serigala itu sedikit tidak fokus, dan dia tampak linglung saat dia terantuk ke perapian dan menghilang dengan terburu-buru dalam api hijau.
Harry menyaksikan api kembali normal, masih setengah sadar bahwa air mata sedang mengalir di pipinya. Devlin merapatkan diri di sampingnya, merintih sedikit bersamaan dengan tuannya. Harry menggelengkan kepalanya ke bulu anjing itu, diliputi oleh rasa takut yang melumpuhkan bahwa dia tidak akan pernah melihat ayah baptisnya lagi. Atau setidaknya dia tidak akan pernah melihat ayah baptisnya dengan cara yang sama—mampu berpikir, bergerak, hidup.
Dia bergidik, dan menggelengkan kepala untuk menjernihkan pikirannya. "Ada sesuatu yang bisa kita lakukan," katanya pelan, dan dia buru-buru mengusap air mata dari pipinya. "Pasti ada sesuatu."
Memeluk lututnya, Harry menatap ke perapian. Dia tiba-tiba dan sepenuhnya menyadari waktu yang telah berlalu, mengetahui bahwa dia harus bertindak cepat jika dia ingin menolong Sirius. Dia duduk di sana untuk waktu yang terasa seperti berjam-jam, mengerutkan alis berpikir sambil menyusun rencana, menyalurkan ide dan mengubah rencananya jika perlu. Dia tiba-tiba berjiwa memikirkan penyelesaian rencananya, berkedip saat campuran ketakutan dan kecemasan melanda dirinya. "Ayo, Devlin," ujarnya perlahan, mengambil napas dalam-dalam saat dia melompat turun dari sofa. "Aku punya ide. Kita harus pergi menyelamatkan Sirius."
KAMU SEDANG MEMBACA
Shift | ✔
Fiksi PenggemarAU. Harry yang berusia 7 tahun ditemukan hilang hanya sehari sebelum Sirius Black melarikan diri dari Azkaban. Manusia serigala yang murka, di antara yang lainnya, berusaha menemukan dia sebelum kriminal itu yang menemukannya. Tanpa ada yang tahu, H...