Enam—Percakapan dan Penemuan yang Agak Ganjil
(3 Desember 1987, menjelang tengah malam)
Devlin sedang tertidur di kasur dan mendengkur ketika Harry merangkak masuk melalui jendela. Butuh waktu cukup lama baginya untuk kembali, sebagian karena perpustakaan itu begitu jauh dari hiruk pikuk toko-toko dan keramaian — bagaimanapun itu hanya perpustakaan tua, kecil, dan terpelosok — dan sebagian lagi karena Harry memilih mengambil jalan jauh daripada menggunakan jalan kecil dan gang belakang yang dia tahu. Dia jatuh dari jendela dengan suara gedebuk ceroboh, berdiri, membersihkan diri, dan mengerahkan seluruh kekuatannya untuk menutup bingkai jendela yang berkarat itu.
Dia kemudian segera fokus untuk membangunkan satu-satunya orang—jika Devlin bisa disebut sebagai orang—yang dapat dia ajak bicara. "Devlin! Devlin, bangun!" kata Harry sambil mengguncang anjing besar itu. Devlin melompat dan bangun hampir seketika itu juga, telinganya terangkat tanpa tanda-tanda layu. Dia memandang Harry dengan penasaran. "Devlin, aku bertemu... aku bertemu orang ini ketika aku pergi membeli es krim. Dia sangat aneh—pakaiannya aneh, cara berjalannya aneh, dia mengguncang fotoku dan kau—matanya biru, rambutnya hitam... Devlin, kurasa dia seorang penyihir!" Mata anjing itu sedikit menyipit dan ia menggeram. "Well, begitu pula aku!" kata Harry, berpura-pura marah. Anjing itu tampak meminta maaf pada si bocah.
"Namun, bukan itu saja—dia bilang dia mengenalku! Dia bilang aku adalah... anak baptisnya. Dan ditambah lagi, kurasa dia pernah di penjara. Dan baru-baru ini juga. Dan kurasa dia kabur dari penjara. Mary Kay—pelayan wanita dari tempat es krim itu, ingat?—dia menjadi aneh ketika dia melihat orang itu dan dia bergegas ke telepon. Itu pasti polisi, karena orang itu segera keluar secepat yang ia bisa." Devlin memiringkan kepalanya, seolah sedang memproses informasi ini. "Well, bagaimana menurutmu?" tanya Harry setelah dia tidak bisa menahan keheningan lagi. Devlin mendengus, sedikit menggelengkan kepala cokelatnya. Harry mendesah dan berkata, "Well, lagi pula itu tidak masalah, karena dia menyuruhku untuk menemuinya besok jam 5."
Telinga Devlin terangkat dan dia menatap Harry. "Kau tidak punya hak suara dalam ini. Hanya karena kau tidak mempercayai penyihir, bukan berarti aku tidak bisa. Lagi pula aku adalah penyihir, bukan?" Harry berdiri dan mulai berganti pakaian untuk tidur. Devlin menggonggong pada bocah itu, yang berkata, "Aku akan pergi, dan hanya itu saja." Harry ragu-ragu dan berkata dengan lembut, "Dan ada banyak pertanyaan yang kumiliki untuknya. Aku ingin tahu apakah orangtuaku juga penyihir, dan apakah mereka... menyayangiku." Bocah itu lanjut berganti dengan suatu piyama usang, jelas tenggelam dalam pikirannya.
Anjing itu terlihat agak sedih untuk sesaat; ia berjalan dan menyundul kaki telanjang bocah itu. Harry mengernyit merasakan hidung dingin anjing itu, tapi kemudian mengusap kepala Devlin dengan penuh kasih dan berkata, "Jika ini membuatku dalam masalah karena Sirius—itu namanya, atau setidaknya itulah yang dia katakan padaku—karena dia sedang dalam pelarian, maka aku akan memberitahumu bahwa aku salah dan kau benar dan kau bisa menertawakanku sesukamu. Adil?" Anjing itu mengeluarkan semacam campuran suara antara humph dan helaan napas. Harry tidak menyadari, atau setidaknya dia berpura-pura tidak menyadari.
"Selain itu," kata bocah itu dengan lirih, hampir pada dirinya sendiri sambil meraba-raba ujung bajunya. "Aku percaya dia. Aku tidak yakin... kenapa, tepatnya. Tapi aku percaya."
Anjing itu memandang si bocah dengan ekspresi tak terbaca di wajahnya, kemudian menggigit bagian bawah baju bocah itu dan menariknya ke kasur.
"Baiklah. Aku akan tidur." Harry menjatuhkan diri ke kasur, dan Devlin meringkuk di belakangnya untuk membuat bantal. Harry menyandarkan kepalanya pada bulu lembut Devlin dan menarik selimut untuk menutupi keduanya. Dalam beberapa saat, napas bocah itu melambat dan menjadi stabil serta berirama, dan Devlin tahu dia sudah tertidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shift | ✔
FanfictionAU. Harry yang berusia 7 tahun ditemukan hilang hanya sehari sebelum Sirius Black melarikan diri dari Azkaban. Manusia serigala yang murka, di antara yang lainnya, berusaha menemukan dia sebelum kriminal itu yang menemukannya. Tanpa ada yang tahu, H...