8) Pengejaran

978 164 19
                                    

Delapan—Pengejaran

(4 Desember 1987)

Hujan deras menerpa orang-orang di jalanan London ketika Sirius berusaha keras untuk berlari. Meskipun Harry cukup ringan, rasanya kaku dan sulit untuk berlari cepat dengan anak dalam dekapannya, dan Sirius mendapati dirinya berharap bahwa seharusnya tadi dia memilih untuk menggendong bocah itu saja di punggungnya. Dia mendengarkan pengejarnya di belakangnya, berusaha keras untuk mendengar langkah kaki orang itu melalui derai hujan. Berkat bentuk animagusnya, pendengarannya lebih baik daripada kebanyakan orang, dan dia memperkirakan bahwa orang itu berjarak dua puluh lima hingga tiga puluh kaki darinya, tetapi terus-menerus mendekat. Devlin mengikuti di belakangnya, menggonggong dan menggeram, tapi itu tidak masalah. Sirius tidak secepat yang dia bisa karena beban tubuh Harry. Satu-satunya suara lain yang bisa Sirius dengar adalah napasnya yang berat, suara "Kiri" atau "Kanan" atau "Terus lurus" Harry yang cepat, dan suara langkah kaki dengan cipratan genangan air.

Dia tidak bisa terus seperti ini lebih lama lagi. Menggendong Harry tidak semudah beberapa saat yang lalu. Dia hampir tidak bisa melihat melalui hujan yang lebat, dan dia basah kuyup serta menggigil, seperti Harry beberapa saat yang lalu. Kakinya sakit karena berlari, pinggangnya juga sangat sakit. Bagaimanapun juga, selama enam tahun dia tidak punya tempat untuk berlari—berada di sel penjara hampir tidak membantu daya tahannya. Tapi dia menunduk menatap anak baptis kecilnya dan terkejut melihat Harry balas menatapnya, dengan ketakutan di mata zamrudnya yang cemerlang.

Dia harus menjauhkan Harry.

Jika bocah itu tertangkap, Dumbledore hanya akan menepuk kepalanya, mengirimnya kembali ke keluarga Dursley, dan menyuruhnya untuk menjadi anak kecil yang baik dan tidak melarikan diri lagi.

Apa pun yang keluarga Dursley lakukan padanya, pikir Sirius sambil menambah kecepatan, mereka tidak akan melakukannya lagi.

Mereka berbelok di sudut, dan Sirius hampir menabrak seseorang—dia tidak bisa melihat siapa. "Maaf," dia terengah-engah saat berpacu dengan semangat baru. Dia menghindari beberapa anak yang sedang bermain cipratan di genangan lumpur, berpikir cepat. Tidak ada jalan keluar dari ini. Bahkan walaupun mereka berhasil sampai ke perpustakaan yang Harry bilang merupakan tempat dia tinggal, si Auror akan terus mengikuti mereka sepanjang jalan. Pikiran Sirius berpacu, berusaha mencari solusi lain. Sesuatu. Apa pun. Dia bisa bertransformasi menjadi anjing, tapi itu berarti meninggalkan Harry.

Tidak ada jalan keluar. Tidak ada yang bisa mereka lakukan. Sirius memeras otaknya, si Auror semakin dekat dari waktu ke waktu, tetapi dia terus menguatkan pikirannya yang putus asa.

"Sirius," sebuah suara berkata dengan pelan. Sirius menunduk untuk melihat anak baptisnya yang mendongak menatapnya dengan tekad. "Apa kau percaya padaku?"

Alis Sirius terangkat. "Tentu saja," dia mendesah, menyeberangi jalan, "Kenapa... apa kau... punya ide?"

"Kau tahu jalan keluarnya, bukan? Kau sudah sejauh ini tanpa terlihat. Kau punya cara untuk melarikan diri dengan cepat, bukan?"

"Ya," kata Sirius dengan canggung, tidak tahu bagaimana menjelaskan bentuk animagusnya tanpa pembahasan panjang lebar tentang bagaimana sihir itu nyata.

"Gunakan itu."

"Tidak bisa," Sirius terengah-engah, "itu... penyamaran, hanya untukku. Aku tak akan... meninggalkanmu."

"Aku punya juga. Penyamaran semacam... itu. Tolong, Sirius, turunkan aku dan pergilah."

"Tidak," Sirius berkata dengan tegas, "Aku tak akan—meninggalkanmu."

"Kau bilang kau percaya padaku," desak Harry dengan nada marah dan putus asa dalam suaranya. "Buktikan."

"Tidak."

Shift | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang