Dua Puluh—Akhir
(19 Desember 1987)
"Mengapa kau tidak memberi tahu kami?" tanya Remus begitu Harry selesai menjelaskan, dan setelah dia dan Sirius mengatasi keterkejutan mereka sebelumnya. "Kau tahu kami tidak akan memberi tahu siapa pun."
Harry tersenyum, tangan kecilnya terulur untuk mengelus kepala Devlin dengan lembut. "Itu bukan pilihanku."
Itu pilihanku.
Anak itu tampak sedikit geli saat Kepala Sekolah dan kedua walinya terperanjat di kursi mereka karena suara baru yang menembus benak mereka. Mereka bertiga menatap terang-terangan ke arah anjing cokelat yang sedang duduk dengan kepalanya di pangkuan Harry.
Sirius memandang Devlin dengan terguncang. "Apakah itu...?"
Ya, aku adalah Boggart, dan aku sedang berbicara. Kau tidak berpikir bahwa aku berbicara dengan Harry dalam bahasa isyarat, bukan?
"T-tidak, tapi—"
Harry memutar matanya, memutuskan untuk membantu ayah baptisnya keluar dari kesulitannya. "Devlin agak... pemalu dengan penyihir," ujarnya.
Curiga dengan penyihir, koreksi Boggart itu.
"Ya, itu," kata Harry datar. "Kurasa para Boggart tidak terlalu memercayai penyihir. Tapi kurasa itu sudah jelas karena mereka berubah menjadi mimpi buruk terburuk kita untuk menakut-nakuti kita."
"Tapi, bagaimanapun, kenapa mereka tidak memercayai penyihir?" tanya Remus.
"Aku... tidak begitu yakin tentang itu, sejujurnya. Kurasa itu karena—"
Para penyihir takut pada kami jauh lebih lama daripada takutnya kami pada mereka, Devlin menginterupsi. Kurasa itu ada hubungannya dengan mereka yang tidak pernah tahu ketika kami ada. Kilauan asing memasuki mata anjing itu, dan sesuatu yang berkilauan di kedalaman matanya membuat jelas bahwa anjing itu entah bagaimana lebih liar, entah bagaimana lebih asing daripada beberapa saat yang lalu.
Manusia seringkali takut pada apa yang tidak mereka pahami, curiga pada apa yang tidak dapat mereka lihat dan kendalikan. Mereka takut pada kami, dan mereka mengusir kami. Dan sekarang, kami membuat mereka takut pada kami, dan kami mengusir mereka sebagai balasan.
Ruangan itu sunyi. Sirius angkat bicara. "Maaf, tapi masih agak sulit bagiku untuk memahami fakta bahwa kau benar-benar sedang berbicara dengan kami."
Tidak mengherankan, mengingat—, Devlin bergumam di benak mereka. Harry menyiku temannya untuk menyuruhnya diam.
Sirius sedikit tergagap dan berseru, "Apa maksudnya itu?"
Dumbledore berdeham tiba-tiba, dan semua mata kembali terfokus padanya. "Aku sangat menyesal, Devlin," pria itu berkata dengan penuh hormat sambil memandangi Boggart di dekat kaki Harry. "Tidak semua dari kami sekejam seperti yang kau anggap. Kuharap kau suatu hari nanti bisa memercayaiku."
Boggart itu bergerak sedikit lebih dekat ke Harry. Aku bisa, kata Devlin.
Terjadi keheningan; jam di dinding berdetak tanpa henti, permukaannya yang berkilau menandai sudah pukul delapan malam.
"Jika kau berpikir bahwa semua manusia itu bebal dan tidak baik," Remus berujar tiba-tiba, "mengapa kau membantu Harry?"
Boggart itu mendongak memandang tuannya dengan tatapan panjang dan lama yang membuat Harry mengalihkan pandangan. Kurasa aku penasaran. Devlin berkata. Harry tersenyum. Wajah Boggart itu kemudian menampakan cengiran anjingnya. Aku tidak tahu bahwa manusia bisa sekecil ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shift | ✔
FanficAU. Harry yang berusia 7 tahun ditemukan hilang hanya sehari sebelum Sirius Black melarikan diri dari Azkaban. Manusia serigala yang murka, di antara yang lainnya, berusaha menemukan dia sebelum kriminal itu yang menemukannya. Tanpa ada yang tahu, H...