Tiga - Berlari dan Sedikit Keberuntungan
(30 November 1987, pagi menjelang siang)
"Sekarang akan jadi waktu yang tepat untuk datang dan menyelamatkanku, Dev..." Harry bergumam keras sambil berlari di jalanan London yang padat, ranselnya tergenggam erat dalam satu tangan. Dia mengayunkan ransel itu ke punggungnya saat mengelak dan melesat, bergerak melewati orang-orang seolah-olah mereka tidak ada di sana. Itu sangat mudah. Dia telah melakukannya ribuan kali.
Sayangnya, kemudahan itu tidak bertahan lama.
"Hey! Hentikan dia!" teriak pengejarnya sambil mengejar bocah berambut hitam itu. Suara itu setengah hilang di antara orang-orang yang sedang berceloteh. Separuh dari kerumunan yang benar-benar mendengar permohonan pria itu melihat sekeliling dengan liar, tetapi tidak melihat ancaman, tidak ada yang sedang berlari menjauh dari lokasi pembunuhan atau yang sedang kabur dengan dompet wanita tua. Untungnya bagi Harry, yang bisa mereka lihat hanyalah seorang bocah lelaki yang dengan cepat menghilang di antara para pembelanja lainnya.
Dan meskipun Harry tidak akan pernah mau mengakuinya, tinggi badannya (atau kekurangannya) juga cukup beruntung. Dikelilingi oleh orang-orang dewasa yang lebih tinggi dan lebih lebar membuatnya jauh lebih sulit untuk ditemukan...
"Kembali ke sini!"
...tapi ternyata tidak sesulit itu. Pria itu berada tepat di belakangnya dan dengan cepat mendekat, dan ketika Harry sedikit mempercepat larinya, dia tidak bisa menahan keinginan untuk berbalik untuk melihat seberapa dekat pria itu.
Dia bisa melihat wajah pengejarnya saat dia memancarkan kecuratan demi kecuratan. "Dasar anak kecil kurang aj—!" teriak pria itu. Harry meringis dan segera berbalik menghadap ke depan tepat di saat dia mencekau sudut stan suvenir dengan lengan kirinya. Dia menjerit kesakitan saat mejanya terbalik, menyebabkan patung-patung kaca pecah ke tanah, topi dan pakaian beterbangan ke mana-mana, dan kalung-kalung keperakan berserakan di trotoar. Dia sesaat tersandung salah satu topi yang menyasar, memperoleh kembali keseimbangannya, memberi permintaan maaf singkat kepada wanita yang bertugas di stan, kemudian berlari pergi setelah mendengar omelan yang wanita itu teriakkan padanya. Pengejarnya jatuh ke tanah, menegakkan diri, dan melanjutkan pengejaran.
Apakah orang ini pernah menyerah? Batin Harry. Dia pasti orang bodoh, gila, atau seorang pelari pagi... Mereka berlari seolah-olah setan sedang menggigit tumit mereka, dengan pria itu yang sekarang semakin mendekatinya tanpa henti karena kerumunan orang mulai berkurang.
Saat Harry berbelok di tikungan, dia bertemu dengan pemandangan yang sangat menyambut dan familier; seekor anjing cokelat besar sedang menunggu tepat di depannya, begitu dekat sehingga bocah itu harus berhenti sebentar untuk memastikan dia tidak menabraknya. "Sekarang waktunya!" seru Harry. Jika anjing bisa mengangkat salah satu alisnya, anjing itu akan melakukannya. Sayangnya, ia harus puas dengan gonggongan singkat.
Si pengejar, mempercepat larinya dan setengah menyeringai, setengah meringis. "Ini terakhir kali kau mencuri dariku, dasar kerdil," katanya terengah-engah. Dia berbelok di tikungan dengan percaya diri, namun segera berhenti dan mengangkat tangan. Bagaimanapun, menatap seekor anjing yang sangat besar yang tampak seolah ingin memakannya hidup-hidup tidak banyak membantu tingkat kepercayaan diri seseorang. Anjing itu memamerkan giginya dan menggeram, jelas menyatakan mundur, sekarang. "Baiklah, Nak." Pria itu bersungut-sungut, menjauh dengan frustrasi. "Kau mendapatkan milikmu." Dan, setelah memelototi Harry dan menyebut anak itu dengan nama yang sangat buruk, pria itu lari secepat mungkin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shift | ✔
FanficAU. Harry yang berusia 7 tahun ditemukan hilang hanya sehari sebelum Sirius Black melarikan diri dari Azkaban. Manusia serigala yang murka, di antara yang lainnya, berusaha menemukan dia sebelum kriminal itu yang menemukannya. Tanpa ada yang tahu, H...