Pada dasarnya Sunoo tak mengerti bagaimana rasa yang mereka sebut bahagia. Hidupnya hanya seputar bertahan hidup, menghilangkan sakit hati, dan melindungi Danielnya. Ia menyerah untuk hidup bahagia.Saat itu Sunoo sedang duduk dibangku kelasnya, saat seseorang datang dan menyerahkan sebuah kotak ukuran sedang padanya. Sunoo tidak mengenalnya- itulah yang ia sadari saat itu. Namun fakta bahwa wajah itu familiar membuat Sunoo mencoba untuk mengingat. Salah seorang yang sering ia temui setiap hari Sabtu di gedung Olahraga.
"Aku kesulitan untuk memberikan ini padamu"
Sunoo mengernyit- ia ingat Ulang tahunnya baru saja terlewati dua hari kemarin. Tapi siapa pun yang mengenalnya pasti tahu aturan tidak tertulis tentang tanggal kelahirannya itu. Sunoo-- dia tidak merayakan Ulang tahun-nya. Dia benci hari kelahirannya.
"Kenapa aku harus menerima itu?"
Jay park-- pria itu menatap Sunoo, mengusap tengkuknya canggung.
"Aku tahu kamu tidak menyukai perayaaan Ulang tahun, Kado atau apapun yang berurusan dengan tanggal kelahiranmu-"
"Kalau begitu seharusnya kamu tidak datang menyodorkan itu padaku"
"Benar-- tapi ini dari temanku. Yang Heeseung, ini pemberiannya" detik nama itu disebut Jay bisa menyadari air muka itu berubah. Sunoo kini mendongak,menatapnya dengan pandangan kosong. "Aku tidak mengenalnya"
"Yah aku tahu kamu tidak mungkin mengenalnya- mungkin dia juga salah satu dari penggemarmu"
"Bawa itu bersamamu- aku tidak ingin menerimanya"
"Sunoo-ssi, kumohon- paling tidak kamu simpan ini bersamamu"
Jay mendorong kotak itu, lalu sebelum Sunoo mendebatnya ia sudah pergi melarikan diri.
Sunoo menatap kotak itu lama. Lalu memutuskan untuk membukanya. Dibanding tertarik pada benda mahal dalam kotak itu- netranya lebih tertarik pada sebuah surat didalamnya. Untuk Daniel dan Sunoo.
Sunoo meraba surat itu, pandangannya kosong.
••••
Sunoo sudah siap dengan pakaian formalnya. Meski sebenarnya ia sudah dengan kukuh menolak- pada akhirnya ia tetap saja ada disini sekarang. Sedang pelaku pemaksaan yang menariknya kemari kini tengah makan sembari mengobrol dengan wanita yang melahirkannya.
"Sunoo, kenapa melamun? Apa makanannya tidak enak?" Tanya itu membuyarkan lamunan Sunoo, membuatnya bertemu tatap dengan lelaki paruh baya yang ia kenal sebagai appa Sunghoon.
Sunghoon dan eomma-nya juga jadi memberikan atensi padanya.
"Tidak apa-apa, ini enak. Sunoo hanya sedang tidak nafsu makan"
"Huhh... Lihatlah bagaimana kamu bisa sekurus ini Sunoo-ya. Apa Sunghoon tidak menjagamu dengan baik? Appa jadi merasa bersalah, mempercayakanmu padanya" katanya khawatir
"Sungguh tidak masalah- appa tidak boleh bilang begitu, Sunghoon Hyung benar-benar menjaga Sunoo dengan baik"
Sunghoon tersenyum kecil mendengar itu- tentu saja Sunoo hanya mau memanggilnya dengan embel-embel hyung jika di depan appa-nya saja.
"Aku menjaganya dengan baik appa- tapi memang dia saja yang bandel. Jadi jangan salahkan aku jika dia sekurus itu, Sunghoon selalu memasak untuknya.. memastikan dia untuk makan" Sunghoon menimpali, menatapnya dengan tatap penuh kemenangan. Sunoo yang melihat itu hanya memutar bola mata jengah.
KAMU SEDANG MEMBACA
ENHYPEN - TANPA JUDUL√
FanfictionSunoo tidak peduli meski orang menganggapnya bodoh dan naif. Sunoo tak peduli meskipun segala yang ia dengar memang adalah sebuah kenyataan. Dia hanya mencoba tuli, berharap semuanya berlalu dan dia akan memutuskan langkahnya sendiri bertahan atau b...