26. Cinta

267 19 3
                                    


Ternyata memang benar, sejauh apapun Jungwon mencoba- kenyataan akan terus mengikuti, membuat Jungwon tersadar. Cinta pertamanya memang harus kandas seperti itu.

"Aku gak ngerti, rasanya sakit aja. Terus pas tau semesta ikutan ngebantu dia bikin aku ngerti, kalo emang gak pernah ada harapan buat aku bareng Sunoo"

Jay memandang skeptis, dia hanya diam mendengarkan, tangannya sibuk memantulkan bola basket. Mencoba untuk biasa saja, entahlah dia tidak tahu harus senang atau sedih.

"Jadi beneran orangtua Sunoo dan Sunghoon ngebatalin rencana pernikahannya?"

Pertanyaan retoris itu membuat Jay hanya menggumam, sekarang ia melempar bola yang dipegang nya asal- beralih pada orang yang ia cintai.

"Kalo sakit bilang ya won, aku bakal ada disini gak ke mana-mana"

Jungwon mengepalkan tangannya, berusaha baik-baik saja.

Kalau saja, kalau saja Jay yang dicintainya. Bukankah semua akan lebih baik.

"Makasih Hyung" Gumaman seringan kapas itu menjadi jawaban.

.

.

.

.

.

Sunoo tidak pernah punya harapan muluk-muluk, sedari dulu dia hanya punya keinginan untuk hidup lebih baik bersama adiknya. Lalu harapan itu kandas begitu saja, bersama tanah Merah yang membawa adiknya pergi.

Lalu saat jatuh cinta pertamanya pun ia tak punya pemikiran berlebih. Ia tidak tahu apa itu cinta, karena cinta yang ia miliki harusnya telah habis untuk Daniel. Tapi Sunghoon pengecualian, bahkan meski hatinya teremat begitu sakit, bahkan meski ia kehilangan cara bernafas, bahkan meski rasa sakit bagai kematian menghantui nya- Sunghoon secara mengejutkan bisa menariknya dari lingkup gelap itu. Sunghoon membawanya dalam bahagia yang begitu fana. Menyesakkan, tetapi menenangkan.

"Aku tidak mengerti"

"Aku mencintaimu Sunoo, aku tahu aku begitu bodoh, aku egois, aku menyebalkan. Tapi itu kenyataannya- aku mencintaimu Sunoo. Bukan hanya sekedar bualan, bukan hanya sebuah kata untuk memenuhi obsesiku. Aku serius mencintaimu, sangat"

Cinta, yah Sunoo kesulitan mendefinisikan nya. Sedari dulu ia hanya berpikir bahwa Sunghoon memang cukup terobsesi padanya. Dia tidak tahu apakah karena dia menyedihkan? Apa karena ia akan jadi adiknya? Atau memang benar karena sesungguhnya cintanya memang tidak pernah bertepuk sebelah tangan. Sunghoon hanya terlalu bodoh untuk mengungkapkan nya.

"Jadi karena ini Eomma dan Appa memilih menggagalkan pernikahan mereka? Aku tahu Appa sangat menyayangimu, tapi itu sangat egois jika kamu tiba-tiba menyuruh Appa mundur untuk pernikahannya setelah dulu kamu kekeh membuat Appa melamar Eomma ku"

"Aku memang egois, kamu mengenalku lebih dari apapun itu. Tapi aku bisa bilang padamu untuk saat ini, aku tidak meminta hal itu dari Appa, dia yang memutuskan. Mereka tidak pernah ada dalam hubungan cinta yang seperti itu, kamu tau itukan noo?"

Sunoo mengangguk, yah mereka memang tidak pernah memasukkan hati hubungan mereka. Semua seperti berjalan begitu saja, untuk kebahagiaan dirinya, untuk kebahagiaan Sunghoon. Nara dan Siwoon memang selalu seperti itu.

"Lalu? Aku ingin memperjelas nya noo- tak bisakah?"

Sunoo meremat tangannya, sesungguhnya ini adalah hal yang seringkali ia impian, memiliki Sunghoon tanpa rasa takut sedikitpun.

Tapi mengingat satu orang lain yang ia sayangi entah mengapa membuatnya meragu. Bukankah terlalu egois jika ia mengiyakan ajakan kencan Sunghoon saat ada orang lain yang kini sedang menitih untuk baik-baik saja.

ENHYPEN - TANPA JUDUL√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang