Sial? Mungkin ini adalah deskripsi yang tepat untuk menggambarkan keadaan dirinya. Memiliki kakak seperti heeseung adalah musibah dan bencana paling ekstrem yang membuatnya harus mengelus dada berulang kali.
Pria itu menyuruhnya membeli camilan untuk dirinya menghabiskan malam menonton drama yang belum ia tonton karena terlalu sibuk mengurus organisasi di fakultasnya. Seakan ingin balas dendam dia mendeklarasikan akan maraton menontonnya malam ini. Tapi apa harus menyusahkan dirinya? Bertambah kesal berkali-kali lipat karena dia harus berjalan kaki-- mobil yang biasanya ia gunakan untuk bepergian sedang di bawa supirnya untuk menjemput sang eomma. Ingatkan dia untuk meminta dibelikan kendaraan pribadi pada appa-nya esok hari. Tidak masalah bahkan jika ia diberi sebuah motor-- yang penting ia tidak perlu berjalan kaki seperti ini.
Jarak minimarket sampai rumahnya bisa dibilang lumayan-- itu salah satu penyebab ia mengatakan bahwa dirinya tengah sial. Lalu tau apa lagi yang lebih sial. Tentunya segerombolan preman yang tidak manusiawi ini.
Sial! Tau begini ia lebih baik jalan memutar meskipun jauh-- dari pada mengambil jalan cepat tetapi harus menghadapi segerombolan tikus got, bukankah itu memakan waktu?
"Menyingkirlah, aku sedang dalam mood yang tidak baik. Dan sedang tidak ingin bermain-main tentunya"
Jungwon memang memiliki perawakan yang sedikit kecil-- namun dari kecil eommanya mendaftarkanya pada kelas beladiri. Dulu ia menggerutu, dengan alasan dia yang tak suka banyak bergerak. Tapi sekarang bersyukur, kelas beladiri-nya bisa ia gunakan untuk hal-hal tidak terduga seperti ini.
"Yak bocah-- kami tidak akan mengganggumu jika kau mau berbagi sedikit uang di dompetmu" pria tinggi itu menyeringai, dua teman lainnya ikut terkekeh.
"Kenapa aku harus memberikannya pada kalian. Kalian menyebutku bocah tapi masih meminta uang? Ajushii bukankah kau terdengar sangat memalukan?"
Pria dengan tato ditangan itu sepertinya terpancing emosi, membanting puntung rokok lalu menginjaknya-- kini ia memandang Jungwon seakan puntung rokok itu adalah Jungwon sendiri.
"Banyak bicara! Serahkan selama kami masih bicara baik-baik!"
"Kalau begitu tidak perlu bicara baik-baik denganku. Aku tidak suka basa basi" saat itulah Jungwon menerjang salah seorang yang terdepan membuat pria itu terdorong. Si Jungwon ini memang manusia paling gila dibalik sikap tenangnya. Tapi melawan tiga orang sekaligus dengan badan besar yang berbanding terbalik dengannya bukanlah pilihan bagus.
Jungwon memberikan beberapa pukulan dan tendangan. Salah satu dari mereka terjatuh dan dua diantaranya kembali memberi serangan. Saat itulah ia mendapat beberapa pukulan pada wajah dan perutnya. Mereka membanting tubuh Jungwon kearah tempat sampah yang ada di sana. Membuat tubuh itu terbatuk merasakan nyeri.
"Masih ingin melawan bocah? Idiot padahal kami meminta dengan baik-baik"
Dan saat salah satu dari preman itu akan menendang Jungwon untuk kedua kalinya. Suara seseorang menginterupsi kegiatan mereka--
"Singkirkan kaki kalian--- itu bukan untuk tempat berpijak"
Ketiga orang itu berbalik, menatap seseorang yang kini berdiri sembari menyangklek tasnya.
Wajah imut dengan tubuh yang sama kecilnya. Membuat mereka tertawa geli.
"Jangan ikut campur little, pergilah selagi kami persilahkan" kata salah satu dari mereka.
"Atau kau ingin menemani malam kami? Sejujurnya kami tidak masalah dengan seorang pria kecil sepertimu" yang lain kembali menggoda. Tiga dari mereka saling membuat lelucon remeh, netranya kini beralih pada seseorang yang teronggok di dekat tempat tong sampah. Bukannya lari ia malah terlihat seperti orang linglung,menatap nya seakan ia adalah sejenis makhluk halus.
KAMU SEDANG MEMBACA
ENHYPEN - TANPA JUDUL√
FanfictionSunoo tidak peduli meski orang menganggapnya bodoh dan naif. Sunoo tak peduli meskipun segala yang ia dengar memang adalah sebuah kenyataan. Dia hanya mencoba tuli, berharap semuanya berlalu dan dia akan memutuskan langkahnya sendiri bertahan atau b...