Blind

251 16 2
                                    

Note : huruf miring  dipakai untuk menunjukkan istilah atau kata yang berasal dari bahasa asing. Dan dalam cerita ini dikhususkan jika terdapat beberapa dialog bertulis miring, dimaksudkan bahwa percakapan itu sebenarnya diucapkan dalam bahasa asing (bahasa Inggris).

.

.

"s-sorry.. I'm not see you.." Ucapnya sembari buru-buru melepas tangannya dari wajah pria asing itu.

Kemudian ia bergegas meraba-raba sekitar mencari tongkat bantunya—panik, padahal ia sendiri yang meletakkannya di samping kursi yang ia duduki. Setelah menemukannya, dengan asal ia menarik dan mengarahkannya ke depan membantunya berjalan. Bunyi-bunyi acak dan bising yang berantakan. Ayyana benar-benar panik.

Ia menggerakkan asal tongkatnya ke sembarang arah. Seolah-olah tak peduli dengan apapun yang ada dihadapannya.

"Hei! Ay, Ayyana! Kamu kenapa?" Tanya Kiki bingung melihat tingkah sahabat sekaligus partner kerjanya—sesama penulis.

Kepala Ayyana bergerak gusar. Manik matanya bergerak was-was. Tangannya gemetar seakan baru saja melakukan suatu hal yang amat sangat diluar pikirannya.

"Ayyana.. tenanglah. Istighfar. Istighfar Ay." Mendengar itu sontak Ayyana menunduk. Perlahan menenangkan dirinya dengan beristighfar. Tangannya meremas pakaian tepat di bagian dadanya yang sedari tadi bergemuruh tak tenang. Kiki menuntunnya untuk duduk.

Melihat Ayyana sedikit lebih tenang, Kiki memberanikan diri bertanya.

"Kamu baik-baik aja? Ada apa?" Yang ditanya malah terdiam. Melamun.

"Kita pulang aja ya?" Tanyanya sekali lagi.

Bukannya tak ingin menjawab. Hanya saja, Ayyana malu untuk menceritakannya. Meskipun nafasnya sedikit tenang, tangannya masih gemetar membayangkan bagaimana 'rupa' pria asing itu.

"Okey, kalau begitu kamu tunggu disini. Aku beli air dulu. Jangan kemana-mana." Perintahnya mutlak di akhir kalimat. Ayyana mendengarkan hingga langkah Kiki terdengar menjauh.

Sendirian begini, ditengah keramaian. Hiruk-pikuk perbincangan satu dengan yang lain terdengar. Ayyana tidak mengerti. Bahasa yang asing, logat yang tak familiar. Ia benar-benar baru disini. Kalau tidak karena komunitasnya mengadakan pertukaran penulis, mungkin Ayyana tidak disini. Mengerjakan proyek terbarunya tentang cinta dan negeri ginseng.

Cukup lama menunggu, Kiki tak kunjung kembali. Ayyana mendengar suara langkah kaki mendekat, tapi bukan hanya satu melainkan dua bahkan tiga. Ayyana masih memegang tongkat bantunya. Tangannya menjulur ke depan, memanggil nama sahabatnya. "Ki.. Kiki. Itu kamu, kan?"

To Be Continue..

AyyanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang