Crazy Statement

34 1 0
                                    

Note : huruf miring dipakai untuk menunjukkan istilah atau kata yang berasal dari bahasa asing. Dan dalam cerita ini dikhususkan jika terdapat beberapa dialog bertulis miring, dimaksudkan bahwa percakapan itu sebenarnya diucapkan dalam bahasa asing (bahasa Inggris).

.

.

Pernyataan gila tak masuk akal itu benar-benar menghabiskan seluruh tenaganya. Ayyana pingsan ditempat. Tak tahu lagi harus seperti apa. Semuanya serba mendadak.

Pertama soal donor mata itu. Kedua soal pernyataan gila dari idolanya itu. Apa-apaan?!

Argh! Bisa gila ia rasanya.

Tak habis pikir, kenapa Allah begitu berbaik hati. Rasanya Ayyana tidak ingin cepat sadar dari pingsannya. Meskipun sebenarnya pingsan ataupun tidak, penglihatannya tetap gelap. Untuk saat ini ia hanya ingin berdiam diri di ruangan dengan kasur empuk itu. Sendirian.

Drrtt..

Handphone dinakas samping kepalanya bergetar. Baiklah untuk kali ini ia sudahi sebentar sandiwaranya. Seperti cara yang sudah-sudah, Ayyana menjulurkan tangan perlahan meraba permukaan nakas. Mencari handphonenya.

"Assalamualaikum, Ayis sayang."

Ibu!

"Waalaikumsalam, Bu." Air mata Ayyana meluruh. Suara ibu adalah obat paling menyejukkannya saat ini.

"Ayis gimana kabarnya disana? Maaf Ibu ganggu ya.."

"Ga.. gapapa Bu. Alhamdulillah Ayis disini baik, sehat wal'afiat. Ibu Ama Ayah gimana?"

"Ayis—"

Suara Ibu terdengar gemetar.

Seribu satu pemikiran langsung memenuhi kepala Ayyana. Ia menyiapkan diri dengan segala kemungkinan. Menunggu Ibu menyelesaikan bicaranya.

"Ayah, Ay-Ayah meninggal, Is.. Ayah meninggal."

Ya, penyataan gila ketiga yang ia dengar hari ini seakan meruntuhkan seisi dunianya.

Handphone dalam genggamannya merosot jatuh mengenai ranjang. Kedua belah bibirnya terbuka kelu. Sesak sekali rasanya, padahal ia sudah bersiap diri untuk kenyataan yang satu ini. Tapi tetap saja.

Ia terduduk. Kedua kakinya tertekuk, lututnya menopang tangan yang ia gunakan untuk menutupi wajahnya. Lagi-lagi ia menangis hari ini.

Kehilangan seorang yang dekat sekali. Seperti separuh jiwamu ditarik paksa dari tempatnya. Ayyana tak bisa lagi berkata-kata. Hanya bisa menangis, terisak. Ia tak lagi peduli dengan sandiwaranya.

Ayyana ingin pulang.

Untuk yang terakhir kali memeluk tubuh tua itu dan merasakan secuil kehangatan tersisa. Tak apa jika ia tak pernah diingat oleh ayahnya sendiri bahkan sampai menjelang kematiannya, ia tak peduli. Yang ia inginkan saat ini adalah pulang.

To Be Continue...

AyyanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang