I Don't Wanna See

28 1 0
                                    

Note : huruf miring dipakai untuk menunjukkan istilah atau kata yang berasal dari bahasa asing. Dan dalam cerita ini dikhususkan jika terdapat beberapa dialog bertulis miring, dimaksudkan bahwa percakapan itu sebenarnya diucapkan dalam bahasa asing (bahasa Inggris).

.

.

"Jadi ... apa yang kau inginkan sekarang?"

Tae menghela nafas berat. Gemas sendiri dengan pemikiran Ayyana yang menolak mentah-mentah donor kornea itu. Padahal ia bisa melihat lagi, bukankah itu menyenangkan? Ayyana bisa melihat ketampanannya. Lebih tampan dari rivalnya, si Do Jooyeon sialan itu!

"I just want it like this."

Tolong sadarkan Ayyana!

Tae sebenarnya tidak setuju dengan keras kepala Ayyana untuk hal yang satu ini. Semuanya juga demi kebaikannya. Ia bisa lebih lancar menulis, membeli segala keperluannya, berjalan dengan baik, juga untuk merawat dirinya sendiri. Apa itu bukan sesuatu yang baik, yang patut disyukuri?

Ayolah.. siapapun bantu Tae saat ini juga.

"Ay.. Untuk saat ini, aku kesal denganmu. Ok?" Tae beranjak pergi.

Baiklah. Biarkan Tae menenangkan pikirannya terlebih dahulu. Baru nanti memikirkan cara agar Ayyana bisa lebih terbuka pikirannya.

Ting!

Ayyana pikir itu pengunjung lain. Ia memilih untuk menghabiskan secangkir kopi hitam panasnya.

Sret.

Suara bangku ditarik persis dihadapan Ayyana, tempat duduk Tae tadi. Mungkin pengunjung lain sedang memerlukan kursi lebih. Ya, bisa jadi.

"Ay.."

Uhuk!

Suara berat nan dalam itu mengetuk telak hatinya yang kini malah bergemuruh keras. Ayyana ingat jelas suara itu hanya dengan mendengar deheman singkat darinya.

'kumohon jangan dia.'

"Aku minta maaf."

Eh! Ada apa? Ayyana tertegun. Tak lagi menggubris detakan jantungnya.

"Why? What is wrong?"

Kalau sudah begini, jangan tanya kenapa Ayyana berubah cemas. Tentu ia tak bisa mendengar orang lain meminta maaf atas kesalahan yang diperbuat dirinya sendiri.

"Aku yang membuatmu seperti ini."

Apa? Seperti ini apanya? Bagaimana?

Beragam pertanyaan kembali berputar acak.

"I—"

"Dengarkan aku kali ini. Kumohon."

Baiklah. Ayyana menelan lagi seluruh ucapan yang tadi sudah berada diujung lidahnya. Mendengarkan Do Jooyeon, sang pangeran tampan idolanya dengan seksama.

"Aku sudah dengar semuanya."

Jangan bilang ini tentang matanya. Oh, tidak. Tidak lagi. Tentu ini bukan kesalahan Jooyeon!

"Aku. Karena aku—, matamu jadi seperti ini.."

Ayyana ingin menangis sekarang. Ini sama sekali bukan salah Jooyeon. Ayyana remaja lah yang salah disini, Ayyana remaja dengan pemikiran pendeknya yang tak bisa mengatur dan memilih yang terbaik untuk dirinya sendiri.

"Maaf—"

"Please stop.. It is not your fault, please." Ayyana menumpahkan air matanya. Tangan yang tadi memegangi kanan kiri kursinya dengan tak nyaman, kini terangkat menutupi kedua telinganya yang jelas-jelas terbalut hijab.

"I don't want to hear your sorry anymore. Please.."

Ayyana menutupi wajahnya yang sudah memerah menahan tangisannya.

"Please understand. I don't want any of this anymore." Ayyana menggeleng cepat. Baju yang menutupi pergelangan tangannya ikut basah karena air matanya.

Jooyeon benar-benar berhenti sekarang. Melihat serapuh-rapuhnya sisi wanita dihadapannya. Wanita yang selalu menampilkan sisi kuatnya, kini malah dengan sesenggukan menghapus jejak-jejak air mata yang membasahi wajahnya. Jooyeon benar-benar menjatuhkan hatinya pada Ayyana.

"Aku tidak akan memaksamu menerima donor mata itu .. Aku hanya ingin mengajakmu, untuk, membangun rumah tangga, bersamaku."

Jooyeon menarik nafas dalam-dalam.

"Ayyana .. Jadilah pendamping hidupku."

To Be Continue...

AyyanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang