Obsessed

23 2 2
                                    

Note : huruf miring dipakai untuk menunjukkan istilah atau kata yang berasal dari bahasa asing. Dan dalam cerita ini dikhususkan jika terdapat beberapa dialog bertulis miring, dimaksudkan bahwa percakapan itu sebenarnya diucapkan dalam bahasa asing (bahasa Inggris).

.

.

Lihat!

Pria itu memandang si wanita dengan tatapan yang sulit diartikan. Sambil memegang botol Soju nya, pria itu berjalan sempoyongan mengikuti kemana arah wanita itu pergi.

Masih tercetak jelas dalam ingatannya kejadian hari itu. Saat dimana ia mempertontonkan lekuk tubuh indah nan atletisnya kepada para penggemar wanitanya. Mendapati pujian dan sorakan histeris—menyukai bagaimana penampilannya yang bertelanjang dada. Ah, wanita memang selalu seperti itu, pikirnya.

Tapi wanita itu, lain.

Sudah tinggi rasa ia, padahal. Memikirkan bagaimana reaksi wanita yang hanya menatap lurus kedepan itu mengagumi keindahan bentuk tubuhnya.

Pria itu berjalan mendekat. Mengabaikan para penggemarnya yang air wajahnya berubah kecewa. Beberapa masih senantiasa mengikutinya, tak kenal lelah. Ia mengira jika semakin dekat, wanita itu akan sedikit salah tingkah atau pingsan ditempat, mungkin. Ah pikirannya sudah terlalu jauh!

Namun tidak. Pikirannya salah, seratus persen salah. Wanita itu hanya terdiam. Tak ada respon.

"Hai.."

Ia pikir wanita itu memiliki semacam 'kelainan' atau berpura-pura acuh mengabaikan kehadirannya. Ternyata bukan. Semakin lama diperhatikan, wanita itu mengeluarkan sebuah tongkat putih bergaris merah—simbol penyandang tunanetra, dari saku mantelnya. Ia meluruskan tongkat dan mulai berjalan.

Dug!

"S-sorry.. I-I don't—"

Yah! Wanita itu buta. Dasar pria bodoh!

Mau ditaruh dimana wajah tampannya? Merah padam seperti kepiting rebus. Malu sekali. Tapi para fans itu tidak sadar, malah semakin mengerubunginya yang terdiam ditempat.

Seribu satu pertanyaan berputar dikepalanya. Seperti bertanya-tanya kenapa wanita itu disini? kenapa dia berdiam disini? Buat apa dia disini? Kenapa dia berpakaian seperti itu? Kenapa dia begitu—. Ok, hentikan! Kenapa jadi ia yang salah tingkah karena memikirkan wanita itu?

Sudah.

Hari itu berakhir dengan seisi kepalanya dipenuhi dengan bagaimana rupa si wanita. Biasa saja, tapi masih tergolong cantik sedikit manis. Luar biasa. Bagaimana mata yang terpaku lurus kedepan itu memandang kosong, sampai-sampai membuatnya nekat menjatuhkan harga diri hanya untuk menghampirinya.

Cinta itu bodoh kawan!

Ah! Tapi apa itu bisa dikatakan cinta?

Cinta pandangan pertama? Atau, rasa penasaran yang lain? Atau, ketertarikan gila? Atau—. Entahlah, ia sendiripun tak tahu dan tak peduli. Yang jelas saat ini biarkan seisi kepalanya menguap bersamaan dengan cairan beralkohol itu terserap habis dalam tenggorokannya. Ia benar-benar mabuk sekarang sampai tak menyadari kalau ia sudah kehilangan jejak.

To Be Continue...

AyyanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang