Help me, please

17 2 0
                                    

Note : huruf miring dipakai untuk menunjukkan istilah atau kata yang berasal dari bahasa asing. Dan dalam cerita ini dikhususkan jika terdapat beberapa dialog bertulis miring, dimaksudkan bahwa percakapan itu sebenarnya diucapkan dalam bahasa asing (bahasa Inggris).

.

.

"Joo—"

Kriet!

"Gosh .. kau mulai lagi. Kembali ke kasurmu!"

Gagal!

Ayyana tidak tahu lagi harus apa dan bagaimana. Ia terpenjara disini. Tak ada yang bisa diharapkan. Tapi, ada apa dengan Jooyeon? Kenapa sepertinya ia sedang tidak baik-baik saja, seperti sedang dirawat, mungkin? Benarkah?

Ayyana semakin cemas. Kenapa semuanya jadi serumit ini. Pria itu—

"Sudah selesai meneleponnya?"

"Yes, thank you." Jawabnya lemah. Tak berdaya. Ini lebih buruk dari apa yang pernah ada dalam benaknya.

Pria itu, seperti terobsesi padanya. Seperti, ia hanyalah milik pria itu seorang. Tak ada yang lain. Ayyana sama sekali tidak mengerti jalan pikiran pria itu. Terobsesi kepada wanita yang bahkan tak bisa melihat bagaimana rupa dirinya sendiri, tak bisa melihat apapun yang ada disekitarnya, termasuk pria itu. Jelas-jelas ia buta. Lalu apa yang pria itu suka darinya? Apa yang membuat pria itu sampai seperti ini padanya?

Lantas apakah ia harus bersyukur karena merasa dicintai atau sedih karena merasa dikasihani?

"Aku ingin keluar sebentar. Jaga dirimu baik-baik."

Ayyana mengangguk patuh. Sekarang apa yang bisa ia lakukan untuk menghubungi Kiki? Alat komunikasi satu-satunya adalah ponsel milik pria itu.

"Ya Allah.."

Ia masih terduduk di atas sofanya. Saat-saat begini memang ia tak pernah bisa berpaling dari Tuhannya. Disetiap sujud terakhirnya ia selalu meminta agar ditunjukkan sebaik-baiknya solusi dari setiap permasalahannya.

Sedih rasanya. Hampir setiap kali pria itu pergi, ia ingin menangis. Ternyata seperti ini pun sama lelahnya dengan ketika ia masih memiliki kedua matanya.

Sudah sulit melihat. Ia bahkan sulit untuk mengenali niat hati seseorang. Ia tidak bisa melihat ekspresi wajahnya, respon pergerakannya, juga bagaimana cara pandangnya. Semua itu butuh sepasang mata untuk melihat. Sayangnya ia tidak lagi punya.

Tidak lagi.

Dan tidak ingin lagi.

To Be Continue...

AyyanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang