Prolog

6.7K 554 13
                                    

Pada malam hari, di sebuah ruangan apartemen sederhana, seorang wanita berumur 24 tahun terlihat sedang fokus dengan ponselnya. “Yes, besok kakak pulang. Besok juga aku akan resmi jadi anggota di departemen tempat kakak bekerja,” gumamnya sambil tersenyum-senyum sendiri. “Kuharap besok menyenangkan,” batinnya. Ia menaruh ponsel di nakas dan berbaring di kasurnya. Beberapa menit kemudian, ia pun jatuh tertidur. Wanita itu bernama Kato (Y/n), ia adalah adik dari Kato Haru, seorang detektif dari Departemen Polisi Metropolitan Tokyo. Saat ini, Haru sedang dalam perjalanan pulang dari Inggris setelah menangani sebuah kasus selama berbulan-bulan.

~Keesokan Harinya~

“(Y/n), oi! Bangun!” kata seseorang sembari mengguncang tubuh wanita itu. “Mhh…” gumamnya, lalu membuka mata. Begitu melihat siapa yang membangunkannya, ia spontan duduk. “Hah?! Kenapa Kak Haru ada disini?! Cepat sekali sampainya!” teriaknya. “Ah, kau berisik sekali. Aku baru saja tiba setengah jam lalu,” kata kakaknya. “Ooh, lalu kau mau langsung kerja?” tanya (y/n). “Tentu saja. Si Kambe akan marah jika aku tidak ikut memberi laporan,” jawabnya. (Y/n) tersenyum lebar, “Yeay! Kak Haru akan ada saat aku memperkenalkan diri di kantor nanti!” teriaknya lagi. Haru menutup telinga dengan kesal. “Berhenti berteriak, itu kan biasa saja,” protesnya. (Y/n) menggaruk rambut taupenya sambil berpose peace.

Mereka berdua pun mulai siap-siap dan pergi ke kantor naik mobil Haru. “Bukannya mobilmu rusak, ya?” tanya (y/n). “Ya, tapi Kambe berbaik hati untuk menggantinya,” jawab Haru tanpa menoleh pada adiknya. “Hee? Baik juga dia. Setahuku, dia itu hanya orang kaya yang bisanya cuma menghamburkan uang,” (y/n) berceloteh, wajahnya terlihat kesal. “Kau kan baru bertemu dengannya sekali. Memang benar, sih dia suka menghamburkan uang. Tapi dia tidak seburuk itu, kok,”
“Hmmph! Mentang-mentang sudah menjadi partnernya, kakak jadi terpengaruh olehnya,” ujar wanita itu seraya menggembungkan pipinya. Haru hanya bisa menghembuskan napas pasrah, terlalu malas berdebat.

Sesampainya di gedung kepolisian, Kato bersaudara segera turun dari mobil setelah Haru parkir. Di perjalanan menuju departemen mereka, kedua orang itu berpapasan dengan seorang pria berambut cokelat keunguan yang familiar. “Ah, Kato-san kau sudah pulang rupanya,” sapa orang itu. Haru mengangguk, sementara (y/n) menatap pria itu dengan death glarenya. “Bagaimana kasus Adolliumnya? Apakah sudah selesai?” tanya pria itu. “Kasusnya selesai dengan baik, aku tinggal melaporkannya pada para atasan,”
“Bagaimana denganmu, Hoshino? Kudengar kau diangkat menjadi kepala divisi investigasi satu, menggantikan Takei-san. Apa itu benar?” tanya Haru balik. “Ya. Kuharap aku bisa menjadi pemimpin sehebat dia,” ujar Hoshino. “Tenang saja, kau kan sudah hebat,” hibur Haru seraya menepuk bahu mantan juniornya itu.

Mata emasnya melirik sang adik yang sudah cemberut. Ia pun buru-buru berkata, “Baiklah, saatnya aku masuk ke ruanganku. Sampai bertemu lagi, Hoshino. Ayo, (y/n),”
Hoshino mengangguk singkat, lalu pergi dari hadapan mereka.
Sesampainya di departemen mereka, Haru membuka pintu dan melihat bahwa seluruh anggota sudah ada disana. Di sisi lain, (y/n) bersembunyi dibelakang punggungnya. “Kato-chan, selamat pagi,” sapa direktur departemen itu, Kiyomizu Yukihiro. “Selamat pagi, pak direktur,” balas Haru. “Hey, hey, kenapa dia memanggilmu dengan akhiran ‘-chan’?” bisik (y/n). “Mana kutahu,” jawab Haru. Seorang wanita berambut pink melihat dibalik punggung Haru dan menyadari keberadaan (y/n). “Kato-san, siapa dia?” tanyanya seraya menunjuk (y/n). “Ah, dia ini-”

“Wah, Kato-san membawa seorang wanita?! Apakah dia pacarmu?!” seru seorang pria jangkung dengan rambut pirang. Ia mendekat dan melihat (y/n) lekat-lekat. “Ah, bukan… dia ini-”
“Oh! Dia adikmu yang akan bergabung, bukan?” tebak Kiyomizu. Ia berdiri dari kursinya, lalu mendekati mereka. Haru mengangguk, namun dalam hati ia sebal karena kalimatnya terus-terusan disela. “Baiklah semuanya, perhatian! Hari ini kita kedatangan anggota baru. Dia adalah adik dari Kato-chan,” ujar Kiyomizu sementara Haru menyingkir agar yang lain bisa melihat (y/n). “Nama saya Kato (y/n), salam kenal semuanya!” kata wanita itu ceria ditambah senyum manisnya. “Salam kenal, (y/n)-san,” balas semua orang yang ada di ruangan itu serempak.

Mereka pun memperkenalkan diri satu-persatu. Wanita yang berambut pink bernama Saeki Mahoro, ia terlihat ramah dan suka berbagi makanan. Pria jangkung yang tadi berteriak adalah Kamei Shinnosuke. Adapun seorang pria dengan rambut hitam diikat menjadi ponytail, namanya adalah Yumoto Teppei. Lalu, yang terakhir adalah Kambe Daisuke, pria kaya memakai setelan jas yang terlihat sangat mahal. (Y/n) memberinya death glare saat ia dan Daisuke berjabat tangan. Yaah… tapi Daisuke tidak terlihat peduli.

Seusai perkenalan, Direktur Kiyomizu berkata bahwa tidak ada kasus atau konflik yang harus mereka pecahkan hari ini. Jadi, mereka semua disibukkan oleh dokumen-dokumen yang menumpuk. “Aku baru ingat, bukannya (y/n)-san seharusnya masuk ke divisi satu?” celetuk Yumoto ditengah kesunyian. “Hee, benarkah?!” kata Kamei, heboh sendiri. “Iya, sih… tapi aku menolaknya,” jawab wanita itu dengan tenang. “K-kau menolak tawaran ke divisi satu?!” teriak Kamei.
“Kamei, kau berisik sekali,” protes Haru. “Tapi, tapi! Bagaimana bisaa??” tanya Kamei lagi. (Y/n) berdehem kecil sebelum menjawab, “pertama, aku ingin berada di departemen yang sama dengan Kak Haru. Kedua, aku tidak ingin berada di satu tempat bersama manusia anggur itu,”

Seluruh ruangan terdiam, berusaha mencerna kalimat kedua yang wanita itu ucapkan. “Manusia anggur?” tanya Saeki yang terlalu penasaran. “Hhh… yang ia maksud adalah Hoshino. Entah kenapa ia menaruh dendam kepadanya,” Haru menjelaskan. “Huuh! Itu karena dia menghinamu disaat kau sedang terpuruk, bukannya menghibur!” timpal (y/n) berapi-api. Saeki, Kamei, dan Yumoto memasang tampang sweat drop, sementara Haru menghembuskan napas panjang dan bergumam bahwa ia menyesal telah menceritakan perlakuan Hoshino padanya waktu itu.

Dan Daisuke? Ia malah terkekeh pelan. Kekehan itu perlahan berubah menjadi tawa. (Y/n) menoleh pada Daisuke yang berada dua kursi disamping kanannya, “untuk apa kau tertawa?”
“Bukan apa-apa, hanya saja… menurutku alasanmu terlalu dangkal untuk menolak tawaran sebesar itu,” jawabnya.
(Y/n) mengernyitkan alisnya. Perkataan Daisuke terdengar seperti hinaan baginya. Ia bangkit dari kursinya, berniat memberi Daisuke pelajaran. Namun suara tegas Haru menghentikannya, “sudah, sudah. Kembali bekerja,”
Dengan berat hati, (y/n) kembali duduk. Ia berusaha memfokuskan pikirannya pada dokumen yang sedang ia kerjakan.
Malamnya, ia pulang bersama Haru setelah menunggunya diluar ruang rapat selama berjam-jam saat Haru melaporkan kasusnya pada atasannya. “Kau tidak harus menungguiku. Kau kan bisa pulang sendiri,” ujar Haru di mobil. (Y/n) terkekeh, “Aku ingin pulang dengan kakakku, masa tidak boleh?”
“Hhhh… terserah,” kata Haru sambil memutar bola matanya.

|| How Much? [Daisuke x Reader] ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang