(Y/n) dan Daisuke menduduki dua buah kursi di kelas itu. “Baiklah, ayo kalian mendekat,” pinta (y/n). Para siswa pun mendekati (y/n) dan Daisuke. “Pertama, kami sedang menyelidiki kasus pembunuhan berantai yang ada di sekolah ini. Kami rasa informasi yang kami dapatkan belum cukup, karena itulah kami membutuhkan bantuan dari kalian,” jelas wanita itu. “Adakah yang kalian tahu mengenai pelaku atau korban?” tambah Daisuke. Para siswa melirik satu sama lain, lalu semuanya mengangguk.
“Beberapa dari kami mengetahuinya, tapi terlalu takut memberitahukannya pada pak kepala sekolah,” jawab seorang gadis. “Sebenarnya, korban dari kelas ini ada tiga orang,” lanjut anak laki-laki disebelahnya. “Korban ketiga kami temukan saat akan membakar sampah waktu piket. Kami melihat teman kami yang seharusnya duluan ke tempat pembakaran sampah, malah terbakar disana,” sahut anak laki-laki yang paling dekat dengan (y/n). “seluruh tubuhnya hitam, tapi masih utuh. Kami tidak bisa melakukan apapun lagi, jadi kami biarkan saja,”
Para siswa menyebutkan nama korban yang dibakar itu. Daisuke mengangguk singkat, dan menuliskan korban tambahan di catatannya. “Apakah kalian melihat pelakunya saat itu?” tanya (y/n). Mereka menggeleng. Wajah mereka sekarang ketakutan. Mereka takut akan menjadi korban selanjutnya.(Y/n) tersenyum, menenangkan mereka. “Tenang saja, kami akan memecahkan kasus ini dengan cepat, kok,” ujarnya. “Saya ada satu pertanyaan lagi. Pernahkah korban berbicara dengan orang yang terlihat mencurigakan?” tanya Daisuke. “Tidak, tapi sejak sebulan lalu, ketiga teman kami sering mengobrol dengan seorang gadis dari kelas 2. Gadis itu anak baru dan lumayan terkenal,” jawab salah satu anak. Daisuke kembali mencatat informasi itu. Walaupun menurutnya itu tidak masuk akal. “Oke, segitu saja yang kami tanyakan pada kalian. Terima kasih karena telah mau jujur, yaa,” ujar (y/n) seraya bangkit dari kursinya.
Ia dan Daisuke meninggalkan kelas itu. “Selanjutnya kelas 3-1,” kata Daisuke. Mereka mengetuk pintu dan memasuki kelas itu. Hanya ada seorang siswi yang sedang makan disana. “Maaf mengganggu waktu makan siangmu. Kami dari kepolisian, bolehkah kami menanyakan satu-dua hal tentang kasus yang terjadi di sekolah ini?” kata (y/n) kembali mengeluarkan lencananya. Siswi itu mengangguk kecil. Daisuke dan (y/n) pun duduk di dekatnya. “Kepala sekolah tidak menyebutkan adanya korban dari kelas ini, tapi kami akan memastikannya. Jadi, apakah ada anak yang menghilang dari kelas ini?” tanya (y/n). Siswi itu spontan mengangguk, ekspresinya berubah sedih. “Ti-tiga hari yang lalu teman saya satu-satunya menghilang. Saya kira ia tidak masuk sekolah, namun saat menyiram tanaman di kebun sekolah, saya melihat gelang teman saya tergeletak di pojok gudang perlengkapan berkebun diatas genangan darah. Disana, saya langsung menyimpulkan bahwa ia sudah mati,” jelasnya.
“Saya tak berani melaporkannya pada guru karena saya takut diincar oleh si pembunuh,” ia menambahkan dengan ketakutan. (Y/n) dan Daisuke melirik satu sama lain. “Lalu, apakah ada yang mengetahuinya selain kau?” tanya wanita itu. Siswi tersebut menggeleng, “saya langsung membersihkan darah dan membawa gelang teman saya pulang,” ujarnya. Daisuke kembali mencatat. “Baiklah, berarti sekarang sudah ada dua korban yang tak disebutkan kepala sekolah dan para guru,” gumamnya. “Ada lagi yang mau kau sampaikan?” (y/n) bertanya lagi. Gadis itu mengangguk, “teman saya itu belakangan ini dekat dengan adik kelas dari kelas 2. Ia anak baru yang terkenal,”
Mendengar itu, (y/n) spontan menyadari bahwa hal itu juga dikatakan siswa dari kelas sebelumnya. Setelah bertanya beberapa hal lagi, (y/n) dan Daisuke pun meninggalkan kelas itu.~Setengah jam kemudian~
“Huuh… cepat sekali, sih, waktu istirahat berakhir,” gerutu (y/n). Ia dan Daisuke sudah selesai mewawancarai anak-anak dari kelas lantai tiga dan empat. Saat ini, ia, Haru, dan Daisuke sedang menuju mobil. “Apa yang kalian dapat dari wawancara itu?” tanya Haru. “Yaah… kami tahu kalau korbannya lebih banyak dari yang disebutkan kepala sekolah,” jawab (y/n), “dan satu lagi. Para korban selalu berkaitan dengan seorang gadis dari kelas 2,”
“Ah, ya. Aku juga mendengar itu dari setiap kelas yang terdapat korban. Kebetulan aku juga sempat bertemu gadis itu. Lalu anehnya, di kelasnya terdapat lebih banyak korban dari kelas lainnya. Kalau tidak salah ada lima,” kata Haru. “Hee?! Lima?! Itu banyak sekali?!” seru adiknya kaget.
KAMU SEDANG MEMBACA
|| How Much? [Daisuke x Reader] ||
FanfictionAdik perempuan Kato Haru, bernama Kato (y/n) memulai hari-harinya sebagai seorang detektif di kepolisian Tokyo. Ia masuk ke departemen yang sama dengan kakakknya, namun di departemen tersebut, ada seseorang yang sering membuat (y/n) kesal. Namun, p...