Chapter 12

942 173 1
                                    

~Seminggu kemudian~

Siang itu adalah hari biasa di Departemen Kriminal Modern. Mereka semua bekerja di komputer mereka atau sesekali menulis di kertas. (Y/n) menguap lebar, lalu meregangkan lengannya. “Kapan, sih istirahatnya?” tanya wanita itu entah pada siapa. “Satu setengah jam lagi,” jawab Haru. (Y/n) menggerutu, ia sudah menyelesaikan pekerjaannya dari setengah jam lalu dan sekarang ia bosan. “Ah ya, Kiyomizu-san menyuruh kita menghadap atasan,” celetuk Haru. “Kita semua?” tanya Kamei. “Tidak, hanya aku, (y/n), dan Kambe,”
“Ooh, pasti mengenai kasus pembunuhan itu,” sahut Yumoto. “Jam berapa kita menghadap mereka?” tanya (y/n). “Sekarang,” jawab Haru. “Kenapa kau baru bilang?” protes Daisuke. “Tadi aku lupa, maaf,”

Kato bersaudara dan Daisuke pun keluar dari ruangan itu menuju ruang rapat. Sesampainya disana, mereka berdiri tegap menghadap atasan mereka. (Y/n) sejujurnya agak gugup, karena ini pertama kalinya ia datang ke ruang rapat sebesar ini. Sebelumnya hanya yang kecil-kecil saja. Atasan mereka memberitahukan yang terjadi pada pelaku pembunuhan berantai saat menjalani pengadilan. Ternyata, hukuman bagi si pembunuh adalah hukuman mati. “Wah, seram sekali,” batin (y/n). Setelah mengatakan beberapa hal lagi, mereka bertiga pun dipersilahkan meninggalkan ruangan itu. “Astaga, padahal masih anak SMA, ya, tapi hukumannya hukuman mati,” celetuk Haru di tengah perjalanan mereka kembali ke ruangan kriminal modern. “Ya, aku juga berpikir begitu,” timpal (y/n). “Hukuman itu pantas untuknya. Ia telah mengambil banyak nyawa. Lagipula, kalau tidak salah usia anak itu 18 tahun, jadi sudah dianggap dewasa,” sahut Daisuke.
Mereka kembali duduk di ruangan mereka dan menyelesaikan pekerjaan.

~Jam istirahat~

“Kak, ayo kita makan,” ajak (y/n). “Baiklah, tapi…” ujar Haru menggantung perkataannya. “Tapi apa?” tanya adiknya. “Karena pendapatmu salah tentang pembunuh itu, jadi kau harus melayani Kambe dan aku. Itu berarti mentraktir kami juga,” jawab Haru sambil tersenyum miring. “Hee?! Mana bisa begitu?! Atasan memang tidak menyebutkan bahwa pembunuh itu yandere, tapi dari bukti yang terkumpul dan motif pembunuhannya, itu menyiratkan bahwa ia yandere!” protes (y/n). “Ya, tapi para atasan mengatakan pembunuh itu sakit jiwa, bukan karena ia bermain game atau menonton film, habis itu mengikuti karakter ‘yandere’ disitu,” balas Haru. (Y/n) cemberut mendengarnya. Ia hendak protes lagi, namun Daisuke berkata dari kursinya, “aku setuju dengan Kato. Kau harus melaksanakan taruhan itu,”
“Ugh, tentu saja dia setuju,” batin (y/n) sambil memutar bola matanya. “(Y/n)-san, seorang kakak tidak bisa dilawan, apalagi jika sudah bersama temannya. Terima saja taruhan itu,” celetuk Kamei sambil cekikikan. “Berisik kau. Baiklah, ayo kita ke kafetaria,” gerutu (y/n). Ia pun berjalan duluan.

Mereka sampai di kafetaria dan tampaknya tidak begitu ramai. “Ugh, apa aku harus mentraktirmu juga? Kau kan kaya,” tanya (y/n) pada Daisuke dengan gusar. “Tentu, aku ingin merasakan rasanya ditraktir seseorang,” jawab Daisuke sambil menyeringai. “Sombong sekali orang ini,” wanita itu menggerutu lagi. Kato bersaudara dan Daisuke memesan makanan, lalu duduk di meja kosong. Sepanjang makan siang itu, (y/n) terus cemberut. Ia memilih diam, tidak cerewet seperti biasanya. “Tak usah cemberut, (y/n). Kau akan terbiasa melayani kami, kok,” celetuk Daisuke. “Diam kau, dasar kompor,” balas (y/n).

~Malamnya, di kediaman Kambe~

“Haahh… besok Hari Minggu. Enaknya melakukan apa, ya?” gumam (y/n) seraya berjalan di lorong rumah. “Hmm… bagaimana kalau berbelanja saja? Ya, ide bagus. Pakaianku juga itu-itu saja semenjak kebakaran waktu lalu.”
Ia terlalu asyik bermonolog sampai tidak melihat Daisuke yang berjalan kearahnya. “Oi, aku ingin kau melakukan sesuatu untukku,” kata pria itu. (Y/n) mendongak, ekspresinya langsung berubah masam. “Melakukan apa?” tanyanya malas. Tanpa menjawab, Daisuke menarik lengan (y/n) menuju suatu tempat.

|| How Much? [Daisuke x Reader] ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang