Hari itu tanggal merah, jadi hanya beberapa departemen yang masuk kerja dan seluruh anggota Departemen Kriminal Modern libur. (Y/n) sedang berjalan di sekitar kamarnya sambil memikirkan sesuatu. “Hmmm… besok kakak pulang. Aku ingin kasih hadiah untuknya. Kira-kira apa, ya yang cocok?”
Ia kembali berpikir, dan beberapa waktu kemudian, ia mendapat ide. “Aha! Bagaimana kalau aku beli kue saja? Hm… tapi itu kurang spesial,” wanita itu duduk di kasurnya. “Akan lebih spesial jika aku yang membuatnya sendiri!” ujarnya. (Y/n) pun memutuskan pergi ke dapur dan meminta izin pada koki rumah itu untuk memakai dapur.Wanita itu keluar dari kamarnya dengan semangat. Ia berlari kecil di lorong, mencari dapur. Namun, seperti biasa, ia tersesat. “Huwaaa! Masa nyasar lagi, sih?!” serunya frustrasi. Dengan sebal, ia membuka semua pintu yang dilewatinya satu-persatu. “Disini? Bukan… disini? Atau disini? Haah… bukan juga,” keluhnya. Ia heran, seberapa besar rumah ini sebenarnya?
“Haah.,, masih ada banyak lagi,” gumamnya setelah menelusuri lorong selama lima belas menit. Ia melihat pintu yang ada didepannya, “sepertinya aku pernah melihat pintu ini. Jangan-jangan ini kamarku, ya? Berarti dari tadi aku berputar-putar, dong?” batinnya. Wanita itu pun membuka pintu tersebut. Namun ia salah, yang dibukanya bukan pintu kamarnya.Mata emas (y/n) melotot ketika melihat pemandangan didepannya. Di depannya adalah kamar Daisuke daaan parahnya lagi, pria itu sedang mengganti baju. Ia menyadari kehadiran (y/n) dan ekspresinya berubah marah. “Ah! Maaf, maaf!!” wanita itu buru-buru membanting pintu dan lari menuju lorong. Wajahnya sudah semerah tomat. Ia berhenti di belokan untuk mengatur napas. “Haah… hahh… itu tadi… me-memalukan sekali,” gumamnya. “Sekarang aku harus kemana?” ia mengeluh. (Y/n) akhirnya duduk dipinggir belokan itu, menunggu seseorang lewat agar ia bisa bertanya jalan ke dapur.
Beberapa menit kemudian, terdengar langkah kaki dari arah ia berlari tadi. (Y/n) menoleh, lalu melihat Daisuke berjalan kearahnya. “Duuh… kenapa harus dia, sih?!” keluhnya dalam hati. Pria itu semakin dekat dan menoleh kearahnya yang masih duduk. “Sedang apa kau disini? Seperti anak hilang saja,” katanya. (Y/n) berdiri dan cemberut, “aku bukan anak hilang. Aku tersesat,” ujarnya. “Lagi? Mau kemana kau sekarang?” tanya Daisuke. “Ke dapur,” jawab wanita itu. “Dapur ada di lantai dasar. Untuk apa kau mutar-mutar disini?”
“Uuh… aku sudah ke lantai dasar tapi tetap tidak menemukannya!” (y/n) merengek. “Hhh… oke, mau kuantar?” tawar pria itu. (Y/n) baru akan mengiyakan, namun tiba-tiba teringat kejadian di kamar Daisuke tadi. Wanita itu jadi malu lagi. Ia pun menggeleng.“Baiklah, silahkan mencari sendiri. Kalau tetap tidak ketemu jangan salahkan aku, ya,” kata Daisuke sambil berjalan menjauhi (y/n). “A-ah, tunggu,” (Y/n) spontan mengejar dan memegang ujung baju Daisuke. “A-aku ingin membuat kue untuk kuberikan pada Kak Haru saat ia pulang besok. Akan gawat kalau aku tidak menemukan dapurnya,” ujarnya pelan. “Intinya kau ingin aku mengantarmu. Ayo,” daisuke menarik lengan (y/n). “Y-ya kau tidak harus menarikku juga,” gumam wanita itu. “Tidak apa-apa. Supaya kau tidak hilang di tengah jalan,” jawab Daisuke datar.
Mereka menuruni tangga, kemudian memasuki lorong lain. Akhirnya, mereka sampai di dapur. Begitu Daisuke membuka pintu, aroma masakan pun tercium. “Huwaah… lezat sekali baunya!” komentar (y/n) senang. Daisuke kembali menarik tangan wanita itu menyebrangi dapur besar tersebut. Ia berjalan kearah seorang pria paruh baya yang memakai seragam koki. “Mungkin dia head chefnya,” pikir (y/n). “Daisuke-sama. Apa yang membuat anda kemari?” tanya pria itu ramah. “Aku hanya mengantar dia,” Daisuke melirik (y/n). “Ah, anda (y/n)-sama, bukan?”
Wanita itu mengangguk. “Sa-saya mau minta izin untuk membuat kue disini. Apakah boleh?”
“Tentu saja boleh. Jika anda ingin privasi, anda bisa masuk ke dapur yang terpisah disana,” koki itu menunjuk sebuah pintu putih di pojok ruangan. “Terima kasih,” ucap (y/n).
KAMU SEDANG MEMBACA
|| How Much? [Daisuke x Reader] ||
FanfictionAdik perempuan Kato Haru, bernama Kato (y/n) memulai hari-harinya sebagai seorang detektif di kepolisian Tokyo. Ia masuk ke departemen yang sama dengan kakakknya, namun di departemen tersebut, ada seseorang yang sering membuat (y/n) kesal. Namun, p...