Semesta mendorong pintu terbuka, ia lanjut menekan saklar untuk menghidupkan lampu. Malam telah bergulir di luar. Ia melangkahkan kaki ke kamar.
Seharian ini, jadwal kuliahnya padat, ditambah sore tadi ia bersama Dira, Liona dan teman kuliahnya yang lain harus lanjut mengerjakan project tugas kuliah. Mereka berkumpul di kafe, sebagai pengganti suasana karena sudah dicecar belajar seharian di kelas.
Semesta lelah tapi juga bahagia. Ia senang seharian ini bisa melihat dan menghabiskan waktu bersama Dira. Otaknya yang encer saja sudah mengepul mengeluarkan asap. Merupakan hal yang tepat untuk mengerjakan tugas bersama, karena dengan diselingi canda, serta menertawakan hal bodoh dan kebodohan mereka dapat merilekskan tubuh. Ia seperti menemukan oasis tatkala melihat Dira yang tertawa lepas di sampingnya. Ia tersenyum memperhatikan lengkungan bibir Dira juga matanya yang jernih membentuk eyesmile. Cantik.
Jatuh cinta ternyata semenyenangkan ini ya?Ia membuka pintu kamar. Terlihat olehnya Adit yang tertidur di kasur masih menggunakan baju kantornya tadi pagi. Semesta hanya menggelengkan kepala tidak mau ambil pusing. Adit is just being Adit.
Semesta meletakkan tasnya dan segera keluar untuk membersihkan diri, badannya sudah lengket dengan debu dan keringat.
Tahun baru datang bersama semester baru yang akan ditempuhnya. Dengan ide dan keputusan yang spontan, ia keluar dari kos dan pindah ke kontrakan Adit. Hal ini karena celetukan Adit di malam tahun baru.
Dengan muka serius saat mengadakan acara merayakan tahun baru di halaman, Adit bilang ingin mencari teman serumah. Agar sebagian uang kontrakan bisa sebagai cicilan motornya nanti.
Otak Semesta berpikir cepat memproses perkataan Adit. Setelah menimbang sejenak, ia angkat suara untuk mencalonkan diri. Maka setelah liburan berakhir, mulailah ia menjalani hari sebagai housemate Adit dan tetangga Kia dan Dira.
Semesta selesai mandi dan kembali ke kamar. Ia mendekati Adit, berencana membangunkannya untuk mandi atau setidaknya berganti pakaian. Setelah dekat, ia merasa ada yang aneh, terlihat butir-butir keringat di wajah dan leher Adit. Ia juga terlihat kedinginan.
"Bang?" Semesta memanggil sambil menyenggol telapak tangan Adit.
Dingin. Kaget, ia menempelkan tangannya di dahi Adit. Panas.
Adit yang terusik mulai membuka matanya."Udah pulang lu?" Tanya Adit lemah.
Semesta tidak menjawab. Ia malah berjalan membuka lemari dan mengambil pakaian.
"Duduk bang, ganti baju dulu." Katanya memberikan baju yang ia pilihkan. Setelahnya ia keluar dan kembali membawa ember kecil yang berisi air dengan handuk.
"Ini air buat lap badan. Aku ke sebelah dulu mau nanya obat" Semesta meninggalkan Adit yang mulai membuka baju.
"Kak Kia" panggil Semesta pada Kia yang baru membukakan pintu.
"Kak Kia punya obat demam gak?"
"Untuk apa Ta?" Tanya Kia heran membetulkan posisi kacamatanya, ia sedang memeriksa pekerjaannya di laptop sebelum Semesta mengetuk pintu.
"Untuk bang Adit, badannya panas"
"Adit sakit? Pantesan pas pulang tadi mukanya pucat. Sebentar ya aku cari" Kia bergegas masuk dan mencari perlengkapan obat.
Dira yang sedang memasak berjalan keluar dari dapur karena mendengar suara.
"Kenapa Ta?" Tanyanya pada Semesta yang menunggu di depan pintu.
"Bang Adit demam, Ra. Aku nanyain obat. Tapi udah kok, lagi dicariin sama kak Kia" Semesta menunjuk arah kamar.
"Ya ampun Adit.. Tunggu sebentar boleh ya Ta, aku selesaiin masak sup dulu, aku juga mau lihat Adit."
KAMU SEDANG MEMBACA
Rekonsiliasi Hati
RomanceAdit, salah satu penduduk bumi yang baru pertama menemukan cinta dan harus berkenalan dengan luka. Ini cerita tentang dia yang kembali mencari tetapi malah terjebak dalam permainan hati.