"Gimana tadi acaranya? lancar?" Tanya Adit memecah keheningan sambil tetap berkonsentrasi ke jalan. Ia menawarkan diri untuk menjemput juga saat mengantar Dira tadi pagi. Ia tahu acaranya akan berlangsung hingga cukup malam. Apalagi panitia harus membereskan venue setelah acara selesai. Di lanjutkan dengan evaluasi, Dira baru bisa menghubungi Adit untuk datang menjemput menjelang tengah malam.
"Ra.." panggil Adit lagi sambil memukul pelan lutut Dira yang tidak menjawab.
"Iya? kamu nanya apa barusan?" tanya Dira mencondongkan badan.
Adit memperhatikan wajah Dira dari spion. Sepertinya Dira tadi sedang melamun hingga tidak mendengarnya.
"Ada yang lagi ganggu pikiran kamu ya?" Adit mengajukan pertanyaan yang berbeda.
Walau kali ini mendengar pertanyaan Adit, Dira tetap diam. Ia terlihat menggigit bibirnya, ragu untuk berbicara.
"Ada apa, Ra?"
Adit masih memperhatikan Dira dari kaca. Ia bisa melihat Dira menghela nafas meyakinkan dirinya sendiri sebelum membuka
mulut."Semesta udah di rumah ya, Dit? Di-dia- is he okay?"
Adit mengerutkan kening. Masih tentang Semesta? Ia tahu belakangan ini Dira dan Semesta sedang ada masalah. Ia juga tahu Dira menangis malam itu karena masalah mereka. Meski ia tidak tahu apa tepatnya alasan mereka bertengkar. Tapi bisa dibilang Adit mengerti. Tanpa harus bertanya, ia mengerti perannya untuk masing-masing mereka.
Adit coba mengingat-ingat bagaimana Semesta setelah pulang tadi. Meski tampak tidak bersemangat seperti beberapa hari belakangan tapi ada yang berbeda darinya. Adit bisa melihat ada kelegaan dalam raut wajah Semesta saat ia bertanya bagaimana acaranya.
"He's good. Sekarang aku balik nanya kamu, Are you okay?"
"Enggak"
Adit melihat Dira menunduk. Dia harus membagi fokusnya antara Dira dan jalan. Ia membelokkan motor ke jalan kecil rumah mereka.
"Sebentar lagi kita sampai. Kamu mau cerita?"
"Boleh berhenti di sini dulu gak dit?" Tanya Dira sebelum mereka melewati jembatan kecil.
"Disini?" Adit berhenti di pinggir jalan. Tepat di jembatan. Memeriksa jalanan. Sepi.
"Kamu yakin?" Adit cukup khawatir, sekarang sudah tengah malam.
"Sebentar aja, aku mau duduk nikmatin malam dari sini. Sebentar ya?" Dira turun dari motor dan melepas helmnya memandang Adit, meminta persetujuan.
Adit kembali melihat sekitar. Jalanan kosong. Rumah mereka tinggal 200 meter lagi. Ia kembali melihat Dira dan mengangguk. Dira berjalan menuju pembatas jembatan yang tidak terlalu tinggi. Ia menahan tanggan kemudian meloncat untuk duduk disana. Melihat sekitar yang sunyi dan gelap. Namun, ia tidak merasa takut atau apapun, apa yang harus dikhawatirkan, Adit bersamanya.
Adit mengikutinya duduk.
Mereka diam untuk beberapa saat. Terdengar nyanyian kodok dan hewan malam lainnya menyatu dengan suara samar air sungai. Dira mendongak untuk melihat langit.
"Semesta bilang tentang perasaannya ke aku" Adit memandang Dira. Menilik rautnya.
"Dia bilang dia sayang sama aku"
Adit bisa melihat secara utuh wajah Dira saat ia menoleh mengucapkan kalimat itu padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rekonsiliasi Hati
RomanceAdit, salah satu penduduk bumi yang baru pertama menemukan cinta dan harus berkenalan dengan luka. Ini cerita tentang dia yang kembali mencari tetapi malah terjebak dalam permainan hati.