10; pertemuan

2.3K 383 32
                                    

Juan memandang plang besar, yang terpasang di depan sebuah tempat yang akan menjadi tempat kerjanya mulai saat ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Juan memandang plang besar, yang terpasang di depan sebuah tempat yang akan menjadi tempat kerjanya mulai saat ini. Tempat yang akan ia pijaki ketika lelah dengan tumpukan tugas yang datang tanpa henti. Berdiri untuk beberapa saat lagi, kini Juan mulai melangkah ke sana dengan percaya diri.

Ketika pintu terbuka, sebuah lonceng menggema dan seorang lelaki nampak berjalan mendekat. Juan tersenyum, mengeluarkan energi sebaik mungkin untuk seseorang yang dia temui beberapa hari lalu itu.

"Kamu Juan, kan?"

"Iya Om. Saya Juan."

Lelaki itu tersenyum puas, hingga matanya membentuk bulan sabit. Sebelah tangannya menepuk bahu kiri Juan. "Maaf ya, saya gampang lupa sama orang baru. Padahal kita pernah ketemu. Semoga kamu nggak kesinggung karena itu."

Juan merasa lucu, jadi ia tertawa kecil kemudian menimpali, "Saya nggak tersinggung kok, Om. Lagian wajar juga, karena kita ketemu hampir seminggu yang lalu, kan?"

"Iya." Lelaki itu tertawa. "Oiya, kamu udah tau nama saya?" lanjutnya.

"Belum, Om. Ricky juga belum kasih tau saya."

"Oke kalau gitu, mulai sekarang, panggil saya om Firman. Sebenarnya restoran ini bukan milik saya, tapi milik seorang pengusaha muda. Saya hanya bertugas mengontrol tempat ini, yah, ibaratkan saya ini tangan kanannya."

Untuk fakta ini, sebenarnya Ricky sudah memberitahunya beberapa saat lalu. Tapi demikian, Juan merasa puas dengan keterbukaan Firman padanya, yang langsung menceritakan tanpa ia harus salah paham. Kemudian Firman berbicara beberapa kata lagi, sebelum menyuruh Juan ke belakang, katanya untuk berganti pakaian. Mulai hari ini, Juan sudah bisa bekerja seperti pegawai lainnya.

Kata Ricky, restoran ini selalu ramai jika menjelang malam. Dan memang benar, Juan sampai kelimpungan harus bolak-balik melayani pelanggan. Tapi ada kelegaan dan rasa bahagia di hatinya, Juan merasa puas jika berhasil membuat pelanggang senang.

Semakin malam, maka semakin ramai. Sampai-sampai Firman harus menyiapkan beberapa kursi lagi. Dan para pegawai juga semakin sibuk hingga tidak ada waktu untuk bersantai seperti siang tadi.

Restoran ini menyediakan makanan lokal khas daerah sekitar. Sehingga banyak masyarakat yang terpikat kemudian singgah hanya untuk menyudahi rasa penasaran. Karena harga yang terjangkau, restoran ini sudah hampir dikenal oleh masyarakat sekitar.

Akhirnya, setelah melayani pelanggan terakhir, Juan bisa mengambil napas barang sejenak. Dengan menyandar pada dinding, sebelah tangan Juan memijat tangannya yang pegal karena harus memegang nampan untuk waktu yang lama. Belum lagi, kakinya sejak tadi berjalan ke sana kemari.

"Capek, Ju?"

Tiba-tiba suara Firman menggema entah dari mana, tapi Juan rasa itu dari sebelah kanannya. Juan segera menoleh, memang lelaki itu sedang berdiri di sana, memegang dua botol minuman yang kemudian diserahkan satu kepadanya. Juan menerima itu dengan senang hati.

|✔| Ruang Kosong Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang